Demi Allah yang telah menciptakan rasa cinta
Demi Muhammad utusannya yang sangat kurindukan
Maafkanlah
Wahai bidadari yang telah Allah limpahkan kasih sayang-Nya
Ku mohon jangan kau benci diriku karena cinta ini
Wahai hamba Allah yang dirahmati
Diri yang kotor ini tak bermaksud mencintaimu apalagi menyakitimu
Maafkanlah bila kau terganggu oleh guyonan ini
Ku tahu ku tak pantas mencintaimu
Kini ku tak bisa berbuat apapun
Biarkanlah cinta yang suci ini
Berjalan terus bersama pedihnya hati ini
Wahai bidadari
Terbanglah kau menuju ridha cinta-Nya
Bersama dia yang pantas mendampingimu
Walaupun pahit rasanya
Ku ridha dan ikhlas
Melihat dirimu dan dirinya
Menjalin kasih suci yang dilimpahkan keberkahan dari-Nya
12 maret 2008
Ahmad fauzi
Jumat, 18 Februari 2011
Rabu, 09 Februari 2011
ceramah
Ahmad Fauzi
KPI5C
Bismillahhirrohmanirohiim……
Asssalmualaikum wr…..wb…..
Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihinastain, wa‘alaumuddunia wadin, wassolatu wassalam ‘alasayyidina Muhammadin, wa’ala alihi ajmain, amma ba’du.
Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah menciptakan langit, bumi serta segala isinya, bumi tercipta tanpa pasak, langit tanpa tiang, gunung-gunung menjulang tinggi, perputaran planet-planet yang searah dengan arah putaran jarum jam, matahari yang selalu terbit dari sebelah timur dan terbenam di sebelah barat, menunjukan betapa besarnya kekuasaan-Nya, dan betapa teraturnya hukum-hukum Allah yang tiada seorang makhlukpun dapat menandingi-Nya, lantas Nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan...?
Shalawat dan salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang tauladan yang baik bagi umatnya, seorang panglima perang yang selalu berada digaris terdepan dalam setiap medan-medan pertempuran, seorang penguasa yang berhasil menyatukan perbedaan dan berhasil menjadikan Negara yang teraman dan terbaik sepanjang sejarah umat manusia.
Teman-teman yang saya banggakan
Allah SWT menjelaskan dalam kitabnya Al-Qur’an nul karim surat Al-Baqarah ayat 30 sampai 33, yang menerangkan tentang alasan mengapa mengutus manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dalam ayat 30 Allah berfirman:
Yang artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah ayat 30)
Allah mengfirmankan ayat ini di surga dengan maksud memberitahu para malaikat bahwa Dia akan menempatkan manusia di bumi untuk mewakili-Nya. “Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Lalu malaikat bertanya: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?”. Allah kemudian menjelaskan dalam ayat selanjutnya alasan mengapa Dia menjadikan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah.
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam seluruh nama (benda-benda), kemudian memperlihatkannya kepada para malaikat, dan Dia berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku benda-benda itu jika kamu memang benar.” (QS Al-baqarah ayat 31)
Al-Qur’an menjawab pertanyaan malaikat dengan menunjukkan justifikasi kemanusiaannya. Coba perhatikan bahwa Adam tidak sekedar menyebut nama benda-benda disekitarnya, tetapi Allah mengajarinya, yang berarti hal ini menegaskan kemapuan manusia untuk belajar, yakni kecerdasannya.
Perhatikan pula apa yang Adam pelajari. Dia mempunyai kemampuan untuk menyebutkan nama “seluruh benda”, untuk menyebutkan simbol-simbol verbal segala sesuatu yang diketahuinya, seluruh pikiran, pengalaman, dan perasaannya. Diantara semua karunia intelektual manusia, kemampuan bahasa manusia-lah yang paling ditekankan Al-Qur’an. Jelaslah karena ini dikarenakan kemampuan bahasa adalah peranti intelektual amat canggih yang membedakan manusia dari semua makhluk bumi lainnya. Dengan kemampuan bahasa ini, lebih dari kemampuan lain, manusia tumbuh berkembang, dan belajar secara individual maupun kolektif, sebab kemapuan bahasa menjadi alat untuk belajar dan mengajari orang lain yang tak sempat bertatap muka dengan kita dengan lewat tulisan, termasuk orang-orang yang secara ruang dan waktu sangat jauh dengan kita. Artinya, seluruh manusia dikaruniai dengan sebuah “sifat kumulatif” yang amat maju.
Malaikat-malaikat bertanya mengapa Allah menciptakan makhluk yang kasar dan jahat dengan asumsi bahwa mereka lebih unggul, sebab mereka tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah, memuji, dan menyucikan-Nya. Allah rupanya hendak menyatakan dalam ayat ini bahwa ada sifat lain, misalnya akal, yang membuat manusia setidaknya berpotensi lebih mulia dari pada malaikat di hadapan Allah.
Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, tak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS Al-Baqarah ayat 32)
Malaikat-malaikat mengakui ketakmampuan mereka untuk menjawab tantangan Allah. Mereka tak memeliki kelebihan akal untuk menciptakan simbol dan konsep bagi apa yang mereka alami. Mereka mengatakan bahwa untuk menciptakan semua itu dibutuhkan pengetahuan dan kearifan yang berada diluar batas kesanggupan mereka. Mereka tahu Allah dapat dengan mudah melakukan semua ini sebab Dia “Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”, tetapi malaikat tidak mempunyai kecakapan tersebut.
Dalam ayat 33 Allah juga menjelaskan bagaimana Adam mampu menunjukkan keunggulan akalnya, yang tak dimilki oleh para malaikat. Malaikat keberatan manusia menjadi khalifah di muka bumi ini karena hanya memerhatikan satu sifat manusia, yaitu kemempuannya untuk membuat kerusakan dan kesalahan. Tetepi mereka tidak mengetahui sifat lainnya, yakni manusia dapat berbuat amat jahat, tetapi sebagian lainnya dapat berbuat luar biasa baik. Sebagian orang benar-benar rela berkorban, bertindak adil, senang berderma, murah hati dan ramah. Sebagian orang bersikap penuh kasih sayang terhadap sesamanya. Sebagian diantara kita dapat berbuat sangat desdruktif, tetapi sebagian lainnya bisa memperlihatkan keramahan dan kebaikan yang tiada terkira, dan kita semua tahu contoh-contoh penting dari dua kecenderungan itu. Agaknya, kebaikan mengundang sebagian orang untuk berbuat jahat, dan kejahatan mengundang sebagian lainnya untuk berbuat baik. Maka, kita dapat melihat kebaikan dan kejahatan tumbuh dari lingkungan dan tempat yang sama, bahkan kadang-kadang hidup berdampingan di sebuah negara, kota atau desa.
Jelaslah mengapa manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi ini, karena manusia dilengkapi dengan akal yang setidaknya mampu membuat kebaikan di muka bumi, dan akal juga yang membuat manusia setidaknya berpotensi lebih mulia dari pada malaikat di hadapan Allah.
Sekian apa yang dapat saya sampaikan pada siang yang berbahagia ini. Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datangnya dari saya pribadi.
Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum wr wb.
KPI5C
Bismillahhirrohmanirohiim……
Asssalmualaikum wr…..wb…..
Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihinastain, wa‘alaumuddunia wadin, wassolatu wassalam ‘alasayyidina Muhammadin, wa’ala alihi ajmain, amma ba’du.
Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah menciptakan langit, bumi serta segala isinya, bumi tercipta tanpa pasak, langit tanpa tiang, gunung-gunung menjulang tinggi, perputaran planet-planet yang searah dengan arah putaran jarum jam, matahari yang selalu terbit dari sebelah timur dan terbenam di sebelah barat, menunjukan betapa besarnya kekuasaan-Nya, dan betapa teraturnya hukum-hukum Allah yang tiada seorang makhlukpun dapat menandingi-Nya, lantas Nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan...?
Shalawat dan salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang tauladan yang baik bagi umatnya, seorang panglima perang yang selalu berada digaris terdepan dalam setiap medan-medan pertempuran, seorang penguasa yang berhasil menyatukan perbedaan dan berhasil menjadikan Negara yang teraman dan terbaik sepanjang sejarah umat manusia.
Teman-teman yang saya banggakan
Allah SWT menjelaskan dalam kitabnya Al-Qur’an nul karim surat Al-Baqarah ayat 30 sampai 33, yang menerangkan tentang alasan mengapa mengutus manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dalam ayat 30 Allah berfirman:
Yang artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah ayat 30)
Allah mengfirmankan ayat ini di surga dengan maksud memberitahu para malaikat bahwa Dia akan menempatkan manusia di bumi untuk mewakili-Nya. “Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Lalu malaikat bertanya: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan Engkau?”. Allah kemudian menjelaskan dalam ayat selanjutnya alasan mengapa Dia menjadikan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah.
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam seluruh nama (benda-benda), kemudian memperlihatkannya kepada para malaikat, dan Dia berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku benda-benda itu jika kamu memang benar.” (QS Al-baqarah ayat 31)
Al-Qur’an menjawab pertanyaan malaikat dengan menunjukkan justifikasi kemanusiaannya. Coba perhatikan bahwa Adam tidak sekedar menyebut nama benda-benda disekitarnya, tetapi Allah mengajarinya, yang berarti hal ini menegaskan kemapuan manusia untuk belajar, yakni kecerdasannya.
Perhatikan pula apa yang Adam pelajari. Dia mempunyai kemampuan untuk menyebutkan nama “seluruh benda”, untuk menyebutkan simbol-simbol verbal segala sesuatu yang diketahuinya, seluruh pikiran, pengalaman, dan perasaannya. Diantara semua karunia intelektual manusia, kemampuan bahasa manusia-lah yang paling ditekankan Al-Qur’an. Jelaslah karena ini dikarenakan kemampuan bahasa adalah peranti intelektual amat canggih yang membedakan manusia dari semua makhluk bumi lainnya. Dengan kemampuan bahasa ini, lebih dari kemampuan lain, manusia tumbuh berkembang, dan belajar secara individual maupun kolektif, sebab kemapuan bahasa menjadi alat untuk belajar dan mengajari orang lain yang tak sempat bertatap muka dengan kita dengan lewat tulisan, termasuk orang-orang yang secara ruang dan waktu sangat jauh dengan kita. Artinya, seluruh manusia dikaruniai dengan sebuah “sifat kumulatif” yang amat maju.
Malaikat-malaikat bertanya mengapa Allah menciptakan makhluk yang kasar dan jahat dengan asumsi bahwa mereka lebih unggul, sebab mereka tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah, memuji, dan menyucikan-Nya. Allah rupanya hendak menyatakan dalam ayat ini bahwa ada sifat lain, misalnya akal, yang membuat manusia setidaknya berpotensi lebih mulia dari pada malaikat di hadapan Allah.
Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, tak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS Al-Baqarah ayat 32)
Malaikat-malaikat mengakui ketakmampuan mereka untuk menjawab tantangan Allah. Mereka tak memeliki kelebihan akal untuk menciptakan simbol dan konsep bagi apa yang mereka alami. Mereka mengatakan bahwa untuk menciptakan semua itu dibutuhkan pengetahuan dan kearifan yang berada diluar batas kesanggupan mereka. Mereka tahu Allah dapat dengan mudah melakukan semua ini sebab Dia “Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”, tetapi malaikat tidak mempunyai kecakapan tersebut.
Dalam ayat 33 Allah juga menjelaskan bagaimana Adam mampu menunjukkan keunggulan akalnya, yang tak dimilki oleh para malaikat. Malaikat keberatan manusia menjadi khalifah di muka bumi ini karena hanya memerhatikan satu sifat manusia, yaitu kemempuannya untuk membuat kerusakan dan kesalahan. Tetepi mereka tidak mengetahui sifat lainnya, yakni manusia dapat berbuat amat jahat, tetapi sebagian lainnya dapat berbuat luar biasa baik. Sebagian orang benar-benar rela berkorban, bertindak adil, senang berderma, murah hati dan ramah. Sebagian orang bersikap penuh kasih sayang terhadap sesamanya. Sebagian diantara kita dapat berbuat sangat desdruktif, tetapi sebagian lainnya bisa memperlihatkan keramahan dan kebaikan yang tiada terkira, dan kita semua tahu contoh-contoh penting dari dua kecenderungan itu. Agaknya, kebaikan mengundang sebagian orang untuk berbuat jahat, dan kejahatan mengundang sebagian lainnya untuk berbuat baik. Maka, kita dapat melihat kebaikan dan kejahatan tumbuh dari lingkungan dan tempat yang sama, bahkan kadang-kadang hidup berdampingan di sebuah negara, kota atau desa.
Jelaslah mengapa manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi ini, karena manusia dilengkapi dengan akal yang setidaknya mampu membuat kebaikan di muka bumi, dan akal juga yang membuat manusia setidaknya berpotensi lebih mulia dari pada malaikat di hadapan Allah.
Sekian apa yang dapat saya sampaikan pada siang yang berbahagia ini. Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datangnya dari saya pribadi.
Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum wr wb.
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
- ahmad fauzi
- bekasi, jawa barat, Indonesia
- sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae