Selasa, 17 April 2012

SOSIAL MEDIA DAN HIPERREALITASNYA

Sekarang kita tidak heran lagi ketika melihat sebuah kelompok pertemanan baik di sekolah, kampus maupun tempat-tempat anak-anak remaja pada berkumpul. Banyak diantara mereka sekedar berkumpul semata namun konsentrasinya tidak terfokus kepada apa yang sedang dibicarakan oleh kelompok tersebut. Diantara mereka ada yang sedang sibuk dengan aktifitasnya sendiri dengan asik memperhatikan layar handphone atau laptopnya yang tersambung dengan koneksi internet tanpa mempedulikan orang disekitarnya. Ini merupakan sebuah fenomena yang sering kita saksikan dimana-mana. Ini sedikit membawa perubahan pola hubungan masyarakat di Indonesia. Pola hubungan kita tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik untuk saling berjumpa, dengan kecanggihan internet kita kini dapat berjumpa dengan teman-teman kita baik yang berada di luar daerah maupun teman-teman kita yang memang lokasinya masih terbilang saling berdekatan.

Melihat jumlah pengguna internet di Indonesia, pada tahun 2012 saja penggunanya sudah mencapai sekitar 80 juta penduduk dari jumlah penduduk yang mencapai 240 juta orang. Ini merupakan sebuah pelonjakan yang sangat besar apabila kita melihat jumlah pengguna internet. Dengan semakin naiknya jumlah pengguana internet maka akan sedikit mengurangi pola komunikasi antar manusianya. Yang sedang menjadi trend di Indonesia dalam dunia internet khususnya jejaring social yaitu facebook dan twitter. Dari orang tua sampai yang masih anak-anak memiliki akun ini untuk saling menyapa dangan teman-teman mereka ataupun dengan orang yang baru mereka kenal melalui internet. Banyak yang kecanduan apabila mereka sedang asik memperhatikan layar handphone atau laptopnya. Apalagi saat ini banyak gedung-gedung mall, kampus maupun minimarket seperti seven eleven ataupun circle K yang difasilitasi koneksi internet. Bisa jadi secara fisik mereke berkumpul dengan temen-temennya, namun secara pikiran mereka melayang jauh bersama dengan koneksi internet yang menghubungkannya dengan dunia maya.

Dalam kehidupan yang seperti ini, akhirnya internetlah yang memenangkan sebuah perlombaan dalam membentuk pola hubungan yang baru di dalam benak manusia pada umumnya masyarakat Indonesia. Internet dengan tandanya yang dengan nyata menyakinkan pemikiran manusia bahwa dalam berkomunikasi pada saat jaman yang modern ini tidak perlu lagi menghadirkan bentuk tubuh untuk saling berjumpa melainkan hanya dengan menyambungkan handphone atau laptop kita kepada koneksi internet maka kita sudah dapat berjumpa dengan teman-teman kita baik yang dekat maupun yang jauh. Inilah pola hubungan yang baru bagi masyarakat Indonesia.

Hiperrealitas, Realitas Virtual dn Simulasi dalam Pola Komunikasi

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa pada saat ini pola komunikasi manusia di Indonesia menuju pada suatu kecanggihan teknologi internet. Kita tidak perlu lagi bertemu dalam bentuk fisik apabila ingin berkomunikasi dengan teman kita, hanya dengan internet maka kita sudah dapat bertemu dengan teman kita. Inilah suatu realitas baru di masyarakat Indonesia maupun dunia.

Menurut Jean Baudrillad dalam buku Hiperrealitas dan Ruang Publik (Sebuah analisis cultural studies) karangan Selu Margaretha Kushendrawati, hiperrealitas adalah gejala bermunculannya realitas buatan yang bahkan lebih real daripada yang real. Bukan hanya lebih real, hiperrealitas juga lebih ideal dari yang aslinya. Dalam dunia internet, mereka telah membuat sebuah realitas baru bagi khalayak Indonesia dalam hubungan komunikasi diantara sesamanya. Sekarang masyarakat telah lebih nyaman dalam berkomunikasi melalui hiperrealitas yang dibuat oleh internet khususnya social media dalam menjalin hubungan. Dan akhirnya akan menghilangkan realitas aslinya yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia dalam menjalin hubungan satu sama lainnya. Pola komunikasi manusia kini telah berubah, yang tadinya dalam budaya kita selalu melakukan silaturahmi atau perjumpaan yang membutuhkan kehadiran tubuh kita, saat ini telah berubah drastis. Kita tidak lagi menghadirkan tubuh kita dalam berkomunikasi, pada saat ini kita dipermudah dengan kecanggihan internet apabila ingin melakukan komunikasi dengan teman, saudara atau orang-orang lain disekitar kita.

Tanpa disadari pola komunikasi kita yang telah terbiasa sedari dahulu yang telah mengakar dalam benak kita, saat ini kita telah melupakannya. Ini didukung oleh sebuah teknologi baru yang sangat modern yang namanya internet. Realitas baru yang ditawarkan oleh internet dalam mengubah pola komunikasi kita sangat membuat kita terlena dalam sebuah pola yang beru tersebut.

Pada saat ini kita berada dalam realitas virtual dalam komunikasi kita terhadap orang-orang yang kita kenal. Realitas virtual merupakan satu dunia abstrak yang sengaja diciptakan. Dunia yang yang baru, yang mampu mengubah pola komunikasi kita yang tadinya bertemu dalam bentuk tubuh terhadap orang-orang yang kita kenal, pada saat ini pola itu berubah dengan apa yang ditawarkan atau sengaja dibuat oleh internet yakni dengan social medianya. Ini sangat berkaitan dengan semakin majunya penemuan computer. Memang ini tampak lebih mempermudah manusia dalam berkomunikasi, namun pada hakikatnya manusia itu sendiri akan melupakan sabuah realitas aslinya yang telah mengakar sejak lama dalam melakukan komunikasi yakni dalam membangun komunikasi atau relasi selalu membutuhkan kehadiran fisik. Perubahan ini sekaligus memnubah cara pandang manusia terhadap sesamanya. Manusia akan menganggap dirinya sendiri sebagai anggota komunitas virtual. Anggota sebuah komunitas yang semu. Komunitas yang berasal bukan dari bentukan manusia itu sendiri. Komunitas yang akan melupakan budaya yang telah mengakar sejak lama dalam kehidupan manusia.

Hiperrealitas dan komunitas virtual dihasilkan oleh mekanisme simulasi. Menurut Jean Baudrillard menyatakan simulasi sebagai sesuatu kepura-puraan memiliki apa yang tidak dimiliki. Maka simulasi disini menganggap hiperrealitas dan komunitas virtual yang pada dasarnya adalah hasil rekayasa dianggapnya ada unsur keasliannya. Manusia disini telah mengalami implosi, yakni kehancuran di dirinya sendiri setelah sekian banyak menerima pola komunikasi baru yang telah direkayasa oleh dunia internet. Dan implosi ini menghasilkan ekstasi komunikasi pada diri manusia. Manusia melakukan komunikasi di hasil rekayasa internet. Hampir dari mereka yang hidup dalam dunia rekayasa kemajuan internet ini melakukan komunikasi-komunikasi tanpa makna. Mereka dengan sengaja menelanjangi dirinya sendiri dengan mengumbar informasi-informasi dirinya sendiri yang sangat sensitive. Dalam dunia hasil rekayasa ini (social media) tidak ada lagi yang namanya ruang pribadi. Manusia sudah kebingungan mana yang ruang pribadi dan mana yang ruang public. Manusia bersama komunitas virtualnya yang baru ini sudah terlena dengan kehancuran kehidupannya sendiri. Bukan hanya mengahancurkan ruang pribadi mereka, namun juga mampu mrnhancurkan ruang public mereka yang telah mereka campur adukan dalam satu arena. Sehingga mereka tidak menyadarinya. Keterlenaan mereka melibatkan juga sebuah “tanda” yang disematkan oleh internet dalam dunia rekayasanya sebagai dunia yang mampu melibatkan manusia yang berada di mana saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae