Rabu, 22 Mei 2013

Kegaduhan Politik Menghancurkan Demokrasi

Menjelang 2014, persaingan partai politik semakin memanas. Setelah KPU (Komisi Pemilihan Umum) hanya 10 partai yang lolos untuk 2014 ini, sudah membuat pertarungan memanas. Banyak partai kecil yang menuduh KPU tidak adil dalam memutuskan peserta pemilu. Dan pada akhirnya, perjuangan partai kecil berhasil meloloskan Partai PKPU dan PBB sebagai peserta pemilu 2014.

Untuk saat ini saja sudah banyak tokoh yang digadang-gadang menjadi bakal calon presiden di 2014. Tokoh ambisius seperti Abu Rizal Bakri, Prabowo dan Megawati masih menghiasi daftar tersebut. Selain itu ada juga tokoh muda yang diprediksi menjadi kandidat, seperti Hatta Radjasa, Gita Wirjawan, dan Dahlan Iskan. Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD pun dinilai layak menjadi bakal calon presiden. Saat ini, mendekati tahun 2014 bakal menjadi tahun yang melelahkan, persaingan makin tak kenal arah, pertarungan kian kotor, rakyat menjadi jenuh.

Pertarungan politik terlihat dalam kubu internal Partai Demokrat, dimana banyak yang tidak senang dengan mantan Ketua Umum partai, yakni Anas Urbaningrum. Skema dibuat, dengan membuat konspirasi yang menyatakan bahwa Anas terlibat dalam kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pun menyambut dayung tersebut dengan segera menetapkan Anas menjadi tersangka. Habislah perjalanannya di Demokrat, ia pun mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Anas, sosok tokoh muda yang penuh potensi dan prestasi, dipotong paksa masa kejayaannya oleh banyak orang yang tidak menyukainya di Demokrat sebelum 2014. Karena, Anas berpotensi besar meraih dukungan dari akar rumput partai untuk menjadi calon presiden di 2014 nanti.

Saat ini pun sedang terjadi pertarungan antara KPK dan Partai Keadilan Sejahtera. Terbukanya kasus daging sapi impor oleh KPK mampu menyeret nama Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang saat ini telah mengundurkan diri dari jabatannya. Bersamaan dengan itu ditangkap pula orang yang diduga dekat dengan Lutfi yakni Ahmad Fathanah. Kasus ini menyeret kemana-mana, seperti aliran dana yang mengalir kepada para wanita (muda).

Namun PKS tidak tinggal diam dalam menghadapi kasus ini. Mereka malah menuduh ada kekuatan besar yang ingin menggembosi partainya menjelang 2014. Dan juga menuduh KPK lamban dan tak adil dalam menangani kasus Wisma Atlet, Hambalang dan tentunya kasus besar macam Century. KPK juga dianggap tidak memiliki pekerjaan lain selain hanya menangani kasu daging impor yang melibatkan PKS. Bahkan KPK dituduh sebagai perampok saat menyita mobil dinas PKS. Perang tiada henti menjelang 2014.

Melihat langkah yang diambil oleh PKS, PKS yang (katanya) partai islam namun orientasi langkahnya mengambil jalur politik bukan mengedepankan nilai etika dalam islam. Mengambil tindakan melawan KPK, berarti PKS melawan people power dan melawan people power adalah menolak sistem demokrasi. Langkah poltis memang seperti itu., dimulai dengan permusuhan terhadap etika dan menginjak-injak moralitas. PKS tak peduli lagi dengan sistem demokrasi.

Tuntutan utama dalam etika islam adalah kita mesti berbicara jujur meskipun itu melawan dan merugikan “kepentingan” kita, tidak melakukan kezaliman, tidak memperalat masyarakat demi kepentingan kita, selalu menjadi pembela keadilan, tidak berbohong, pantang melakukan penipuan, tidak menyembunyikan kebenaran dan seterusnya. Sedangkan PKS mengambil langkah politik, yang aktivitasnya mustahil dilakukan tanpa campur tangan “tangan-tangan kotor” dengan melawan KPK.
Menurut Yuddy Chrisnandi dalam bukunya “Strategi Kebangsaan Satrio Piningit 2014” kini kita tidak lagi menemukan dunia politik yang sering tersenyum dan tertawa, apakah dia oposisi atau penguasa, lantas member contoh negeri ini akan pentingnya etika. Saat ini yang ditemukan adalah contoh-contoh mengerikan. Tentang korupsi dan kelaparan. Tentang ideology dan kekerasn. Tentang peluru dan nyawa. Dan tentang kepura-puraan betapa mereka memiliki kepedulian. Jarang ditemukan tokoh politik mampu berpuisi dan menari. Kata-kata tidak lagi berkerangka, terbang melayang diembus tumpukan berita yang datang silih berganti setiap pagi, siang, petang dan malam hari.

Jika sudah seperti ini, rakyat semakin jenuh, mereka bosan dengan dunia politik. Tidak ada lagi inspirasi yang diharapkan untuk perubahan. pada akhirnya rakyat malas datang ke TPS, angka golput semakin meningkat. Demokrasi kalah, lalu siapa pemenangnya? PKS kah! Mungkin, mereka mempunyai masa yang militant bahkan cenderung bertambah, pemilih mereka tetap, disaat badai menerjang partainya sekalipun. Yang merugi adalah demokrasi dan para pemilih “ngambang”. Lantas apa PKS sengaja membuat gaduh perpolitikan kita, disaat partainya terkena masalah korupsi? Tak ada yang tahu. Yang pasti mereka senang dengan keadaan seperti ini. Rakyat dibuat bosan, demokrasi kalah.

Karena dalam demokrasi, satu-satunya cara untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan pemilihan umum. Di dalam menjalankan mekanisme demokrasi, elemen “bebas dan jujur” sangatlah penting. Pada dasarnya setiap orang harus diberikan kesempatan untuk menjalankan haknya, untuk memilih, dan bahwa suatu pemungutan suara adalah tindakan rahasia. Lebih jauh lagi, pemilihan umum merupakan manifestasi kedaulatan. Sedari awal kita telah mempercayai bahwa kekeuasaan berada ditangan rakyat, dan keputusan penguasa tidak sah jika tidak mencerminkan kehendak rakyat.
Struktur perwakilan demokrasi terbentuk lewat pemilihan demokratis sebagai mekanisme control dan mekanisme penyerahan kekuasaan yang menciptakan garis pertanggungjawaban yang jelas. Dalam demokrasi penguasa bertanggungjawab kepada rakyat. Rakyat melalui pemilihan umum dan pilihan, menentukan sosok actor politik, arah politik, dan pada akhirnya, menentukan pemerintahan yang baik.

Namun untuk saat ini, di negeri ini, demokrasi sedang di buat cacat oleh kelompok-kelompok tertentu. Rakyat dibuat bosan, mereka sengaja membuat gaduh, setelahnya rakyat banyak yang golput. Intinya, ialah penguasa tidak ada yang berubah, tokohnya yang tampil hanya itu-itu saja, yang menjabat juga itu-itu saja. Tidak ada lagi peluang bagi rakyat untuk melakukan perubahan dalam sisi actor dan arah politik. Jika rakyat sudah banyak yang golput, artinya penguasa terpilih pun tak lagi merasa bertanggung jawab terhadap kebijakan-kebijakannya. Mereka memanfaatkan ini.

PKS sedang membuka jalan, mengahancurkan pemilih yang “gamang” sehingga menghilangkan pasokan suara ke partai-partai yang memiliki basis masa lemah.
Salam untuk negeriku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae