Sabtu, 06 Juli 2013

Hijabers

Sebuah fenomena kini terus berlanjut. Diantara kemajuan jaman yang begitu dahsyat, kini kita banyak melihat kaum wanita yang memakai kerudung. Kini banyak kalangan perempuan yang memilih jalan untuk mengenakan kerudung dalam segala aktifitasnya. Tidak hanya kalangan santri dan madrasah saja yang mengenakan kerudung. Kini sudah banyak yang mengenakan kerudung baik kalangan pelajar, mahasiswi, maupun karyawati. Bahkan belakangan para polisi wanita pun sedang memperjuangkan agar mereka diperbolehkan mengenakan kerudung dalam menjalankan tugas negaranya. Ini sungguh luar biasa.

Yang sedang berkembang dalam dunia muslimah saat ini ialah komunitas hijabers. Melalui komunitas inilah salah satu penyebab dari makin merebaknya perempuan-perempuan Indonesia memilih menggunakan kerudung dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti tadi disebutkan, kini segala peran perempuan dalam dunia pendidikan maupun dunia pekerja, sebagian dari mereka menggunakan kerudung. Dan yang paling utama ialah kerudung yang mereka gunakan ialah bertipe sesuai dengan yang sedang dikampenyekan komunitas hijabers.

Komunitas ini mampu berkembang pesat dan mampu menarik perhatian kaum perempuan melalui fesyen yang mereka kampanyekan baik dalam media cetak maupun elektronik. Mereka juga mengenalkan komunitas mereka kepada masyarakat khususnya kaum perempuan melalui model-model yang mereka iklankan. Hijabers kini sudah sebagai sebuah komunitas yang besar yang mampu membawa kaum perempuan memilih menutup kepalanya dengan kerudung.

Hijabers tentu sangat berbeda dengan kalangan kaum santri dalam menutup kepala mereka. Kaum santri yang lebih mengedepankan pada tuntutan lembaga pendidikan dimana mereka mengemban ilmu untuk menggunakan kerudung. Namun, setelahnya mereka mendapatkan bekal agama yang cukup sehingga tuntutan tersebut menimbulkan sebuah kesadaran pada diri mereka untuk benar-benar teguh dalam memakai kerudung. Mereka memiliki kedalaman makna dan pelajaran pada akhirnya.

Sedangkan hijabers kini lebih berkembang pesat ketimbang kaum santri. Dengan memakai kerudung yang sedikit bahkan sampai berlebihan di modifikasi sehingga tampak sedikit ribet dilihatnya namun menimbulkan sebuah persepsi bagi kaum perempuan bahwa inilah cara muslimah dalam menutup kepala yang kekinian. Biasanya mereka mengenalkan cara mereka berkerudung melalui media massa. Melalui iklan, televise dan internet mereka mengenalkan cara mereka kepada kaum perempuan kota dalam berkerudung. Dengan “tanda” lebih kekinian dan kemodernan muslimah dalam menutup kepala pada ahirnya banyak kalangan muslimah yang mengikuti mereka. Hijabers lebih berkembang dengan fesyen dan kekiniannya berbeda dengan kalangan santri.

Televise, internet, dan fesyen adalah sebuah alat propaganda paling dahsyat kaum modernism lanjutan dalam membius khalayak sehingga menjadi tak berdaya. Karena di dalamnya banyak sekali “tanda-tanda” buatan yang tampak lebih real daripada yang real. Mereka mengedepankan penampakan ketimbang kedalaman dalam merayu khalayak. Kini kita melihat muslimah dalam mencari jati dirinya hanya melalui televise dan fesyen sehingga menjadikan mereka sebagai masyarakat/muslimah tontonan. Di mana masyarakat tontonan / muslimah tontonan adalah muslimah yang hampir seluruh hidupnya dipenuhi pelbagai tontonan, dan menjadikannya sebagai rujukan nilai dan tujuan hidup. Masyarakat seperti ini lebih mengedepankan penampkan ketimbang kedalaman. Dalam masyarakat yang mengedepankan penampakan ketimbang kedalaman maka segala sesuatu ditampilkan sebagai citra-citra yang bahkan nampak lebih real dibanding realitas sebenarnya. Dengan televise dan media massa misalnya, realitas buatan seolah-olah lebih real dari aslinya. Lebih jauh, realitas buatan kini tidak lagi memiliki asal-usul, referensi atau kedalaman makna.

Muslimah yang berkerudung macam hijabers adalah muslimah yang lahir dari fesyen. Dan mereka kini termasuk ke dalam sebuah budaya massa. Dalam fesyen, setiap orang merasa perlu memperbarui dirinya setiap tahun, setiap musim atau setiap bulan, melalui barang-barang baru. Namun, wacana semacam ini sebenarnya bukanlah satu bentuk kemajuan, sebab fesyen senantiasas berubah, berganti-ganti, berputar dan tidak menambah apa-apa pada nilai seorang individu. Dengan kata lain, wacana fesyen adalah wacana kemajuan semu.

Hijabers yang lahir dari kemajuan teknologi dengan fesyen sebagai landasan dasarnya merupakan sebuah bentuk yang sangat sulit untuk kita nilai. Untuk dilihat secara kuantitas, mungkin muslimah yang berkerudung sangat berkembang dengan cepat dan pesar karena adanya komunitas hijabers. Namun, jika dilihat dari segi kualitas, kemajuan yang semu. Hijabers lahir dari sebuah tontonan yang mengedepankan penampakan saja tanpa memiliki kedalaman pemahaman yang bagus tentang pengetahuan islam. Tantangan ke depan adalah agar bagaimana komunitas ini mampu membina para anggotanya untuk lebih dalam lagi mengetahui islam yang sesungguhnya, bukan hanya menonjolkan fesyen saja.

Berbeda dengan kaum santri. Walaupun dari awal hanya sebagai tuntutan dalam menutup kepala namun mereka selanjutnya dibimbing dan dibina dengan pengetahuan yang cukup. Pada akhirnya yang awalnya tuntutan kini menjadi sebuah kesadaran.

Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae