Sabtu, 08 Agustus 2015

Kado dari Ibu

Dengan lauk seadanya Ahmad menikmati santap siang di tengah hari yang kian memanaskan para penduduk bumi. Nasi dan juga sayur asem khas buatan Mpok Minah memanjakan lidahnya. Ditambah lagi dengan es teh manis dan juga beberapa gorengan membuat suasana makan siangnya semakin nikmat di dalam kontrakan yang di tempatinya. Makan siang kali ini ia sendirian karena Arif dan juga Kasim ada kerjaan di luar bengkel. Kadang pula Ahmad ditemeni oleh Marian seorang mahasisiwi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta.

Waktu kembali bergulir, selepas istirahat sejenak Ahmad kembali ke kerjaannya. Membereskan satu persatu kerjaan yang harus segera diselesaikan. Dirinya harus berkonsentrasi sendirian mengurus permasalahan mesin-mesin mobil yang sedang mengalami kerusakan. Rasa lelah menemani dirinya seharian penuh. Namun semangat dan juga kerja kerasnya lebih besar dalam dirinya. Sehingga lelahnya menjadi tak terasa. Waktupun berlalu begitu cepat. Pukul 5 sore kembalilah ia ke kontrakannya.

Setelah salam dan melakukan zikir, tiba-tiba telepon genggam milik Ahmad berbunyi. Ada panggilan masuk. Setelah dilihatnya ternyata ibunya yang menelepon dari kampung halaman tercinta. Rasa senang bersemayam dalam batinnya. Tepat sesuai janji. Rasa rindu untuk segera jumpa dengannya di kampung halaman dan juga keluarga lainnya kian memuncak.

“Assalamualaikum Mak.”

Rasa hormat dan juga rindu ia sampaikan salam kepada ibunya. Lama mereka mengobrol. Saling menyampaikan rasa kangen, saling mendoakan dan saling menanyakan kabar menjadi pembuka obrolan kasih sayang diantara anak dan juga ibu.
Sesekali Ahmad pun mendengar suara batuk yang teramat berat dari seorang lelaki tua. Lelaki tua yang amat dia kagumi. Telah lama menderita penyakit namun tak kunjung sembuh. Dalam dirinya, Ahmad khawatir bapaknya akan kenapa-kenapa. Namun ibunya selalu memastikan bapaknya akan baik-baik saja.

“Maad” tiba-tiba suara halus dan juga tulus penuh kasih sayang memasuki telinganya. Meskipun ratusan kilometer mereka terpisah namun kalimat yang satu itu mampu mengggetarkan hatinya. Ia merindukan sekali sosok ibu dan juga bapaknya. Maklum saja Ahmad tak banyak memiliki kesempatan untuk pulang kampung.

Dengan suara kasih sayang, ibunya mulai bicara agak serius. Katanya tadi sore kakaknya bilang bahwa Ahmad sudah memiliki pacar. Kakaknya juga memperlihatkan foto dirinya dan kekasihnya sedang tersenyum bahagia.

Mendengar hal tersebut muka Ahmad memerah. Ia malu dan juga takut karena belum meminta izin kepada ibunya untuk segera memiliki kekasih. Namun kasih sayang seorang ibu memang tak memiliki batasnya. Ibunya mendoakan semoga yang terbaik menghampiri mereka berdua.

Adzan isya sudah hampir berkumandang. Ibunya mohon pamit. Kalimat doa disampaikan sebelum pembicaraan mereka berakhir.
*

Beberapa hari kemudian sebuah paket sampai dikontrakan. Ahmad sudah mengira paketnya akan segera sampai. Namun sesuai permintaan dari ibunya, paket tersebut harus segera sampai kepada Wiwik kekasihnya dan biarkan kekasihnya tersebut sendiri yang membukanya.

Wiwik datang sesuai janjinya. Pukul lima sore lewat sepuluh menit. Wiwik mengenakan busana muslimah yang menutupi tubuhnya dengan sempurna. Tampak manis dilihatnya. Arif dan Kasim pun mulai menggodanya. Wiwik menatap ke sekeliling bengkel. Tak dilihatnya sosok Ahmad.

“Ahmad sudah ke kontrakan duluan. Buru-buru mandi katanya” Arif menjawab tanya dalam diri Wiwik. Gadis itu pun tersenyum. “Katanya suruh nyusul saja ke kontrakan.” Arif melanjutkan.

Ternyata Ahmad sudah menunggunya. Salam sayang pun disampaikan kepada perempuan pujaannya tersebut. Wiwik pun membalas senyum kekasihnya. Mereka sengaja mengobrol di ruang depan agar nanti jika Arif dan Kasim sudah pulang mereka berdua menempati ruang tengah.

Sehabis solat maghrib berjamaah Wiwik mohon pamit. Ada janji untuk menjemput ibunya di suatu tempat. Sebelum ia pergi, Ahmad menyampaikan titipan dari orang tuanya tersebut. Wiwik tersenyum bahagai menerimanya.
*

Pukul sembilan malam Wiwik sampai rumahnya. Hari yang sibuk baginya. Siang ke kampus, dilanjut ke kontrakan kekasihnya. Dan sehabis itu mesti menjemput ibunya yang baru pulang kantor. Sesampainya di kamar direbahkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata sejenak. Lalu bangkit kembali teringat kiriman untuknya dari ibunya Ahmad. Dia membukanya dengan penuh rasa penasaran. Rupanya mukenah berwarna putih. Mukenah itu masih cantik dan juga wangi meskipun sudah agak memudar warnanya. Selain itu ada selembar kertas berisi tulisan. “Ini adalah kain mukenah pertama milik ibu yang diberikan oleh bapaknya Ahmad. Mohon kamu menerimanya sebagai sebuah kenangan. Salam cinta.”

Wiwik terharu sekali menerimanya. Dia mendekap mukenah tersebut. Tanpa sadar dia meneteskan air mata. Tubuhnya kembali pasrah di atas kasurnya. Membayangkan bahwa kehidupannya semakin hari semakin berubah. Ada cahaya yang tersampaikan melalui pertemuannya dengan Ahmad. Pikirannya pun melayang jauh kebelakang, mengingat sejak pertemuan pertama mereka.
*

Di bawah teriknya langit kota Jakarta mobil yang dikendarai Wiwik tiba-tiba tak bisa berjalan. Beruntung dia sempat menepikan terlebih dahulu kendaraannya tersebut. Dia coba kembali menyalakannya namun tak kunjung nyala. Beruntung beberapa meter dari tempatnya berhenti ada sebuah bengkel mobil. Dia berjalan meminta bentuan kepada montir dibengkel tersebut. Dengan sigap tiga pegawai bengkel itu menolongnya dan membawa mobilnya masuk ke dalam bengkel. Maksud hati mau menemui temannya akhirnya ia malah harus ke bengkel mobil sambil menunggunya untuk diperbaiki. Pukul setengah dua belas. Dia mengirimkan pesan kepada temannya menerangkan bahwa ia akan sedikit telat datang.

Di saat rasa kecewanya dan panasnya cuaca Jakarta dirinya kembali kecewa lantaran montir yang menangani mobilnya malah pergi keluar bengkel. Ia memang tak tahu lelaki itu akan kemana. Namun untung saja ada montir lainnya yang menggantikan.

“Mas ada kamar mandi gak?” Tanya Wiwik kepada pegawai bengkel. Ternyata bengkel ini tak memiliki kamar mandi yang layak. Namun dirinya di suruh ke kamar mandi masjid oleh mereka. Karena di sana lebih nyaman dan bersih. Ia menurutinya. Masjid tersebut memang tak jauh dari bengkel. Pikirnya tak ada salahnya juga sekalian menjalankan solat dzuhur.

Di saat mengambil wudhu Wiwik terdiam sejenak. Suara adzan yang berkumandang mampu menghadirkan satu rasa Tuhan dalam batinnya. Suara yang merdu tersebut tanpa sadar mampu membuatnya merasakan syahdu dalam kalbunya. Dia masuk ke dalam masjid. Rupanya lelaki yang memiliki suara indah itu ialah montir yang meninggalkan mobilnya saat sedang diperbaiki.
Siang itu jamaahnya tak terlalu banyak. Hanya ada Wiwik, sang muadzin dan juga anak-anak sekolah dasar. Hatinya kembali bergetar mendengar takbir. Dalam solatnya dia menyimpan sesuatu yang diapun tak tahu apa yang disimpan oleh hatinya tersebut. Yang ia tahu hanya ingin kembali ke masjid ini esok hari.
*

Wiwik pun tersadar dari lamunan panjangnya. Sebuah awal yang mampu merubah kehidupannya. Lelaki sederhana yang penuh senyum dan juga rasa syukur membuatnya jatuh cinta. Kini ia kembali merasakan sebuah kehadiran Tuhan dari lelaki tersebut. Sebuah rasa jatuh cinta yang sederhana namun mampu menggetarkan hatinya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae