Partai final Piala Presiden tinggal menghitung hari lagi. Namun stadion mana yang akan dipakai untuk partai puncak belum juga diumumkan oleh pihak penyelenggara. Mahaka selaku promotor turnamen ini ngotot menjadikan Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi lokasi partai puncak. Lalu muncul pro dan kontra bagi kalangan pecinta sepak bola tanah air akan hal tersebut. Bahkan sampai menteri yang bukan bekerja dibidangnya pun turut campur dalam penentuan lokasi partai final. Alasannya ialah presiden ingin hadir dan menyaksikan langsung pertandingan tersebut.
Padahal sama-sama kita ketahui bersama, masih banyak hal yang seharusnya diurus dan diselesaikan oleh presiden dan jajarannya daripada ikut campur dalam masalah ini. Piala Presiden tak lebih dari sekedar turnamen biasa, yang tidak mempengaruhi perbaikan dan penyelesaian kondisi sepak bola saat ini. Penyelenggara hanya mencoba masuk dalam masalah besar sepak bola tanah air, bersamaan dengan itu mereka mencoba meraih keuntungan tersendiri dari hadirnya turnamen ini. Maklum saja sepak bola ialah barang “seksi” yang sudah sejak lama jadi rebutan antar kelompok kepentingan agar mereka-mereka meraih keuntungan.
Saya melihat fokus utamanya saat ini adalah perjuangan Jakmania mencoba meraih keadilan. Masih teringat kejadian tahun lalu ketika pihak berwajib mencoba mendamaikan Jakmania dan Bobotoh yang berujung pada diberikannya kesempatan pada Jakmania hadir langsung di Stadion Jalak Harupat. Namun apa daya, perjanjian hanyalah perjanjian, Jakmania justru dirugikan akan hal itu. Rombongan besar mereka saat menuju Bandung dibendung dengan cara yang tidak sewajarnya oleh pihak berwajib.
Selain itu ditambah lagi betapa sulitnya Panpel Persija Jakarta mendapatkan izin dari pihak kepolisian apabila tim berjuluk Macan Kemayoran tersebut bermain melawan Persib Bandung. Beberapa tahun terakhir tim kebanggaan ibu kota tersebut harus bermain di luar Jakarta karena tak diizinkan oleh pihak berwajib menggelar pertandingan yang melibatkan dua klub tersebut.
Jika dipandang dalam kasus yang belakangan hari ini kian memanas, sudah jelas ada keberpihakan dari pihak-pihak terkait. Memang kita tidak bisa mengambil kesimpulan terlalu jauh akan hal ini, namun sudah jelas ada yang ingin “bermain” mengambil keuntungan sepihak dari ngototnya partai puncak diadakan di Jakarta.
Saat kondisi sepak bola yang sedang babak belur di tanah air akibat terlalu besarnya keinginan satu kelompok yang dipimpin oleh Menpora untuk mengambil alih sepak bola dari tangan PSSI. Dari samakin buruknya kondisi perekonomian negeri ini yang membuat hidup masyarakat menjadi semakin susah. Ditambah lagi masalah asap yang tak juga selesai dihadapi, Jokowi tampaknya ingin memiliki panggung untuk meraih kembali popularitasnya dihadapan masyarakat. Jelas pemimpin yang sedang terpuruk butuh panggung untuk dapat mengambil kembali hati rakyatnya yakni salah satunya melalui sepak bola.
Sepak bola merupakan cabang yang paling digemari oleh rakyat Indonesia. Dan juga begitu mudahnya dipolitisir oleh banyak kepentingan untuk meraih keuntungan. Di laga final nanti sepertinya banyak yang ingin mengambil keuntungan dari sepak bola. Entah itu apa.
Untuk para pemimpin berpikirlah lebih bijak. Jangan mencoba mengambil keuntungan dari segala permasalahan yang ada. Tolak Persib Main di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar