Tahun lalu kita tercengang dengan munculnya Liga Primer Indonesia sebagai sebuah liga tandingan dari Indonesian Super League (ISL). Munculnya LPI tidak lepas dari gundahnya public sepak bola terhadap kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang tidak kunjung memberikan prestasi. LPI yang saat itu mengaku professional karena berjalan tanpa menggunakan APBD bagi para klub peserta. LPI yang berdirikan klub-klub baru yang dibentuk dan mantan para peserta ISL yakni Persema Malang, PSM Makassar, Persebaya Surabaya dan Persibo Bojonegoro memiliki anggaran yang diberikan oleh konsorsium. Berbeda dengan ISL, pada saat itu klub-klub persertanya masih menggunakan dana APBD untuk memenuhi biaya operasionalnya selama satu musim.
Namun apapun yang didengung-dengungkan pihak LPI pada saat itu sabgai liga yang professional tidak mampu membuat public untuk tertarik menontonnya. Hampir disetiap partainya penonton jarang memenuhi stadion, hanya bekas klub-klub ISL saja yang dipenuhi oleh penonton disetiap partainya. Mungkin karena klub-klub ini sudah memiliki sejarah panjang. Berbeda dengan ISL, liga ini biarpun menurut klaim pihak LPI bukan liga yang professional namun mampu menyedot perhatian pecinta sepak bola tanah air dengan hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga.
Dilihat dari sisi pemain pun, LPI kalah kelas dengan ISL. Pemain-pemain yang membela klub ISL lebih mentereng ketimbang LPI. Ini mungkin juga alas an para pecinta sepakbola tanah air untuk tetap menyaksikan ISL.
Saat ini pun berbeda keadaan di dalam tubuh pengurus PSSI. Djohar Arifin di bawah komando Arifin Panigoro berhasil menjabat sebagai ketua umum PSSI setelah melengserkan kekuasaan Hurdin Halid. Arifin yang tahun lalu mendirikan LPI sebagai liga tandingan yang tidak diakui oleh pengurus PSSI era Nurdin kini pun membalas kekesalannya kepada peserta ISL. Djohar pun mengganti nama liga yang sebelumnya Indonesian Super League menjadi Indonesian Premier League. PT Liganya pun diganti, ISL yang sebelumnya di bawah naungan PT Liga Indonesia kini digeser dengan PT Liga Primer Indonesia Sportindo.
Klub-klub ISL yang merasa kecewa dengan kebijakan-kebijakan baru yang dibuat oleh kepemimpinan Djohar membuat liga tandingan baru dari PSSI. ISL yang tadinya diganti dengan IPL kini berjalan kembali. Kini ISL lah yang dianggap sebagai liga illegal yang diluar liga resmi PSSI. Kini berbalik keadaannya. Benar-benar membuat kita mengerti sepak bola tanah air sudah sarat dengan kepentingan.
LPI yang dahulu dianggap liga illgal hadir dengan persiapan yang kuarang. Semua perangkat yang mengisinya masih terbilang amatir. Dari pemain, pengurus klub dan lain-lainnya masih terbilang baru. Sekarang ISL yang dianggap sebagai liga illegal kini dipenuhi oleh para pemain timnas, pengurus klub berpengalaman, supporter yang fanatic, dan masih banyak lagi keunggulan lainnya dibandingkan dengan kehadiran LPI pada waktu itu sebagai liga tanding ISL.
Menurut saya pribadi, ISL tidak pantas jika dianggap sebagai liga tangdingan dari IPL. Kehadiran mereka lebih berkelas dibandingkan IPL. Lihat saja dari klub peserta, supporter yang hadir ke stadion, pemain yang berertisipas tentunya ISL lebih berkelas dari IPL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar