Jumat, 02 Maret 2012

PSSI dan kemunafikan

Ini bukan sebuah kejadian yang akan kita anggap sebagai kejadian biasa. Diantara sibuknya orang-orang beruang bertanding memperebutkan cabang olahraga terpopuler di tanah air. Mereka saling mengusik satu sama lain, yang satu sebelum menjadi penguasa membuat liga tandingan sebagai perlawanan dan yang satu setelah gagal mempertahankan dominasi kekuasaan mereka pun tidak mau kalah dengan mendanai sekelompok klub-klub yang merasa di dzalimi dengan penguasa baru. Setelah ini lama terjadi, mereka tetap saja tidak mau saling mengalah satu sama lain.
Memutar waktu kembali ke masa lalu, di waktu liganya tidak diakui oleh PSSI AP bersama komplotannya begitu ngotot menyatakan bahwa seluruh anak bangsa berhak membela tim nasional. Bahkan sampa Menteri Pemuda dan Olahraga pun membela pendapat ini. Sekrang setelah AP berkuasa melalui DA sebagai orang berpengaruh di tubuh PSSI mereka melakukan hal yang sama dengan keputusan pengurus PSSI sebelumnya, yakni melarang pemain untuk masuk tim nasional bagi yang bermain di liganya yang katanya di danai orang lama PSSI.
Semua berjalan bersama kemunafikan, ketika kita melawan pengurus PSSI yang saat ini sedang berkuasa malah kita di tuduh sebagai antek-anteknya penguasa lama. Sepak bola di tanah air kita telah tersandera oleh kepentingan-kepentingan di luar lapangan. Pengurus sebelumnya berkuasa bagaikan dictator yang tidak mau terima kritikan dari orang lain, pengurus yang baru membuat keputusan-keputusan yang mementingkan kepentingan konsorsiumnya.
Kita tidak pernah lupa, ketika DA naik ke tahta kekuasaan, mereka memutuskan untuk memasukkan klub-klub yang tidak layak bermain di kompetisi bergengsi di negeri ini yakni liga super Indonesia. Persebaya, PSM Makasar, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro mantan klub yang pernah keluar dari keanggotaan PSSI di masukkan kembali ke ISL, PSMS Medan dan Bontang FC di masukkan karena memiliki sejarah panjang dalam sepak bola Indonesia. Keputusan-keputusan ini sangat menodai nilai-nilai profesionalisme dalam berkompetisi. Menyakiti klub yang telah berdarah-darah mengikuti divisi utama yang berjuang untuk masuk ke dalam ISL.
Sekarang yang masih hangatnya adalah tidak memasukkan pemain-pemain ISL kedalam skuad tim nasional. Puncaknya setelah beberapa kali tim nasional mengikuti kejuaran di luar negeri. Salah satunya adalah pertandingan terakhir tim nasional di pra piala dunia melawan Bahrain. Mereka dengan gengsinya enggan memanggil pemain-pemain yang sudah biasa tampil di tim nasional dan memiliki kualitas yang mumpuni.
Terjadilah puncak kekesalan para pecinta sepak bola setelah lamanya menahan benci terhadap kepengurusan baru di PSSI. Ya, tim nasional kalah dengan jumlah gol yang cukup besar, yaitu 10-0 melawan tim nasional Bahrain. Hampir semua orang menghujat keputusan PSSI yang enggan memanggil pemain-pemain berkelas di ISL. Bukan berarti menghakimi pemain yang membela tim nasional yang bermain di IPL kurang berkualitas. Tetapi hanya kecewa terhadap keegoisan PSSI seperti ini. Memang semua perjuangan tidak ada mengenal yang namanya sia-sia, namun itu berlaku hanya kepada pemain yang berjuang di atas lapangna hijau bukan kepada pengurus PSSI yang arogan.
Tentunya kita berharap kejadian ini berjalan panjang sampai ke tahun-tahun berikutnya. Semoga ini menjadi hal yang terakhir kali dalam catatan sejarah sepak bola tanah air. Selain kekalahannya juga termasuk pengurus PSSI yang semoga cepat berbenah untuk mengatasi permasalahan ini.
Ingat FIFA dan AFC membatasi konflik dualism liga di Indonesia sampai tanggal 22 maret 2012, dan berarti ini pun sebanarnya menandakan para pemain-pemain yang berlaga di ISL masih boleh membela tim nasional. Inipun yang dilakukan federasi sepak bolanya Malaysia terkait Safee Sali yang membela Pelita Jaya di ISL. Lagi pula tidak ada alasan untuk tidak memanggil pemain-pemain yang bermain di luar liganya PSSI, ingat Selandia Baru yang ikut serta Piala Dunia 2010 lalu di Afrika Selatan, tim nasionalnya terdapat pemain-pemain yang tidak berlaga di liga dalam negerinya.

Apa kalian tahu, disaat bersamaan Indonesia di bantai lawan Bahrain, Safee Sali pemain Malaysia yang bermain untuk Pelita Jaya di ISL masih bisa membela negaranya. Sangat menjijikan apa yang talah kau lakukan untuk bangsa ini bung Djohar, kepentingan siapa yang kau bawa, Aripin Panigoro atau bangsa…..
Semoga ini cepat berakhir….. salam persatuan dan kesatuan sepak bola tanah air. Hilangkan ego kalian wahai pengurus PSSI…. LAWAN!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae