Di dunia yang semakin berkembang ini kita tidak bisa menolak dari kemajuan teknologi yang terus di kembangkan oleh dnuia barat. Kita tidak bisa menolaknya, tanpa kita sadari teknologi yang telah mereka kembangkan telah masuk kedalam kehidupan pribadi kita. Hand phone yang telah menjadi teman keseharian kita dalam menjalani kehidupa ini merupakan dari teknologi yang mereka kembangkan.
Yang menjadi pusat perhatian saya disini adalah bukan masalah teknologinya melainkan bagaimana persiapan kita dalam menghadapi dan menggunakan teknologi itu sendiri sesuai dengan kebutuhan kita. Boleh menikmati tetapi jangan sampai kita menjadi candu terhadap sebuah teknologi. Produk teknologi yang terbaru adalah sebuah media baru atau yang lebih kita kenal dengan internet.
Tidak mengherankan bila teknologi ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi penduduk kita. Di internet kita bias mengenal yang namanya jejaring social yang telah menghubungkan kita dengan sahabat, teman, atau pun saudara untuk tetap menjalin komunikasi walau dalam jarak yang cukup jauh. Pada tahun 2009 saja pengguna internet di Negara kita mencapai 30 juta orang, sekarang sudah di tauh 2012 bayangkan sudah berapa orang yang menggunakan internet dalam kehidupan kesehariannya. Kita tidak bias menolak kenyataan ini, penduduk kita begitu banyak yang menggunakan internet. Lalu apa yang perlu kita khawatirkan dengan kemajuan ini? Ya dunia tanpa batas ini mampu membawa dampak negative untuk penggunanya, diantaranya pornografi, penipuan, penculikan dan sebagainya.
Yang menjadi tantangan kita dari dampak tersebut bagaimana kita memberikan pendidikan terhadap pengguana internet untuk menjadi khalayak yang berkualitas ketimbang hanya menjadi konsumen belaka. Pemahaman terhadap internet lah yang lebih penting untuk kita berikan kepada penduduk negeri ini ketimbang kita hanya sibuk mengurusi dampak negative dari internet. Jangan sampai kita melupakan peran ini, apalagi pemerintah selaku pimpinan tertinggi negeri ini. Belakangan ini kita hanya melihat pemerintah melalui Menkominfonya membuat kebijakan yakni memblock konten-konten situs porno dan mengawasi akun anonym di dunia twitter. Ya inilah beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah. Daripada kita sibuk dengan yang seperti itu, ada baiknya kita melakukan perkenalan kepada khalayak tentang manfaat-manfaat yang bias diraih dari internet.
Pengenalan terhadap konsep New Media
Yang pertama adalah komunitas virtual yang dikemukakan oleh Kollock dan Smith seperti yang ada pada power point bahan perkuliahan sosokomas (sosiologi komunikasi massa) yang diberikan oleh Gun-gun Heryanto, Kollock dan Smith mengungkapkan komunitas virtual adalah “sekelompok orang-orang yang berinteraksi untuk berbagi informasi di dunia maya, mendiskusikan kepentingan bersama. Mereka memiliki potensi untuk mendukung dan memecahkan persoalan bersama-sama”.
Biasanya ini terdapat pada grup-grup yang di buat khusus untuk membahas suatu permasalahan. Sering mengangkat sebuah permasalahan yang menyangkut kepentingan umum lalu didiskusikan. Tetapi, sayangnya grup-grup seperti ini tidak mampu menarik minat pengguna internet (khususnya facebook) untuk bergabung. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyadarkan mereka untuk mengubah kebiasaan mereka di dalam menggunakan internet. Selanjutnya adalah Public Sphere yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas, ia menjelaskan “melihat perkembangan wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah itu disebutnya sebagai “public sphere”, yakni semua wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif bebas. Ini merupakan sejarah praktek sosial, politik dan budaya yakni praktek pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan sosial umum. Penekanannya mengenai pembentukan kepekaan (sense of public), sebagai praktik sosial yang melekat secara budaya.” Gagasan ini dialamatkan kepada satu hal yang sangat umum sekali, yaitu: rasio manusia. Menurut Agnes Heller (1982), rasio dalam pandangan Habermas adalah ‘rasio yang memihak’ yaitu rasio yang memiliki kepentingan emansipatoris.
Dengan sebab itu diharapkan kepada pengguna internet (khususnya yang berkaitan dengan social media) gunakanlah media ini sebagai ajang untuk membangun pengetahuan orang lain. Saatnya kita membangun peradaban manusia yang sehat akal pikirannya. Apalagi disini kita bisa membentuk opini public yang relative bebas dari sensor dan dominasi. Bebas dari sensor yakni kita bebas menuliskan apapun yang mampu membangun pengetahuan orang lain dan bebas dari dominasi yakni bebas dari peraturan orang-orang berkuasa seperti di media-media konvensional (televise, radio dan Koran). Ketika kita menuliskan sesuatu di media social anggaplah itu bukan untuk mencari popularitas semata dengan menulis disetiap waktu tetapi tidak berisi, tapi anggaplah ketika kita menuliskan sesuatu di social media sebagai ajang untuk membangun pengetahuan orang lain melalui pola pikir kita. Jangan yang penting menulis tetapi menulislah yang oenting di dunia social media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar