Rabu, 29 Agustus 2012

Foke yang Kian Panik

Tak apalah kita kembali mengingat apa yang terjadi di putaran pertama kemarin. Dimana Foke selaku calon gubernur incumbent kalah telak dari pasangan Jokowi. Foke yang digadang-gadang bakal menang satu putaran saja oleh salah satu lembaga survey di Indonesia seperti tidak bernyawa pada putaran pertama lalu. Bahkan dalam kampanye Foke pun selalu menyebut satu putaran lebih baik, karena akan menghemat waktu dan juga pembangunan di Jakarta akan kembali berjalan karena kepemimpinan tidak berganti ke tangan pasangan lain. Betapa yakinnya Foke dan timnya di putaran pertama lalu. Namun hasilnya? Nol besar. Foke hanya mampu meraih suara sekitar 34 % dan ini pun masih kalah dengan suara golput yang memilih tidak memilih pada pilgun kemarin sekitar 36 % suara. Foke kalah jauh dari pesaing terberatnya yakni Jokowi yang mampu meraih suara lebih dari 40 %. Jadilah pilgub DKI Jakarta menjadi dua putaran. Prediksi yang gagal total dari salah satu lembaga survey yang menjagokan Foke menang hanya dalam satu putaran.

Kini memasuki putaran ke dua pilgub Jakarta tim Foke bergeriliya dengan berhasil menggaet pendukung barunya yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Partai Golkar (Golongan Karya), dan terakhir yang sangat mengejutkan adalah bergabungnya PKS (Partai Keadilan Sejahtera) ke dalam koalisi. Yang sangat mengjutkan adalah bergabungnya PKS ke dalam koalisi untuk mendukung Foke di putaran ke dua nanti. Yang sama-sama kita ketahui PKS adalah rival satu-satunya Foke sewktu maju pada pilgub Jakarta periode lalu dan di putaran pertama kemarin pun PKS masih menjadi lawan Foke dengan mengajukan Hidayat Nur Wahid sebagai calon gubernurnya. Sungguh tim Foke bergerak cepat untuk mempertahankan kekuasaannya di Jakarta.

Jika hitung-hitungan angka Foke telah unggul di putaran ke dua nanti. Ini terlihat dengan bergabungnya ke tiga partai tersebut masuk kedalam koalisi mendukung Foke. Ini terlihat salah satu langkah kepanikan tim Foke dalam berduel satu lawan satu melawan Jokowi di putaran ke dua nanti. Dimana suara bila tidak ke Foke dan ke Jokowi atau menjadi golput maka tim Foke bergerak cepar dengan menggaet Partai-partai politik besar dan sedikit berharap massa akar rumput partai tersebut ikut mendukung Foke.

Ini meruapakan salah satu langkah positif yang diambil tim Foke. Namun belakangan yang terjadi di masyarakat adalah timbulnya isu SARA yang menyerang pasangan Jokowi. Isu ini santer dibicarakan di media massa baik cetak maupun elektronik atau bahkan di media social twitter. Banyak yang memcanangkan bahwa pemimpin itu harus berasal dari agama yang se iman dengan masyarakat. Sedangkan masyarakat di Negara kita pada umumnya dan pada khususnya di Jakarta beragama islam. Tentunya ini sangat menyerang pasangan Jokowi dimana calon wakil gubernurnya adalah beragama Kristen. Pendapat seperti itu sangat menyakitkan bagi kita bangsa Indonesia. Dimana bangsa ini dikenal dengan keragaman suku, agama, bahasa, dan masih banyak lainnya harus terpukul dengan pendapat tersebut. Yang masih membedakan agama dalam memilih pemimpin.

Tentunya dengan kasus tersebut ada yang ingin membentuk sistem logis yang baru di Jakarta ini. Sebagaimana dalam masyarakat kita yang menjadikan Pancasila sebagai dasar berbangsa kini ingin diubah di masyarakat Jakarta. Dimana di dalam masyarakat kita telah biasa hidup berdampingan secara harmonis dengan segala macam perbedaan kini itu sedikit ingin diusik di dalam tatanan masyarakat Jakarta. Dengan menpropagandakan isu SARA keharmonisan hidup kita kini sedikit ternodai. Mungkin ini sangatlah kepanikan dari orang-orang yang menginginkan Jokowi tidak menjadi gubernur dengan membetuk suatu sistem logis yang baru yakni memilih pemimpin itu harus yang se iman. Ini sungguh sesuatu yang sangat baru diantara ragamnya budaya, suku dan agama dalam bangsa ini.

Pendapat ini bukan hanya menyakitkan masyarakat yang telah terbiasa hidup berdampingan dengan berbagai keragaman namun juga menghancurkan Undang-undang Dasar kita. Dimana dijelaskan dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi “warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

Semoga para elit opini yang menghembuskan isus ini untuk pertama kalinya berpikir kembali dalam menjaga nilai-nilai luhur yang telah dicanangkan oleh para leluhur bangsa ini agar bisa hidup berdamping dengan segala perbedaan. Mari kita jaga republik ini dengan segala perbedaanya.

ingat kita satu karena perbedaan, dan perbedaanlah yang mempersatukan kita. Lepaskan segala identitas kia ketika kita berbicara tentang bagaimana kebaikan kedepan bangsa ini. Dan jangan kita gunakan istilah mengubah kesalahan menjadi kebenaran dan kebenaran menjadi kesalahan. Mari kita lawan orang-orang yang mau merusak keharmonisan kebangsaan kita.

#SaveRI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae