Senin, 29 Oktober 2012

Republik yang sedang "Sakit"

Di hari sumpah pemuda minggu kemarin, bangsa ini mendengar berita yang sangat memilukan dari Lampung. Terjadinya bentrok antar warga di Lampung Selatan yang melibatkan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda dengan warga Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, membuat kondisi kedua kampung mencekam. Konflik ini melibatkan warga pribumi asli dengan warga pendatang. Konflik yang dimulai oleh masalah sepele, karena ada tindakan yang tidak menyenangkan dari pemuda Desa Sidoreno terhadap gadis Desa Agom yang menyebabkan gadis tersebut terluka.

Konflik yang sampai menyebabkan korban tewas. Ini menjadi permasalahan yang sangat berat bagi negeri ini. Konflik yang hampir menuju melibatkan antar etnis ini sangat tidak enak didengar bagi seluruh anak negeri. Bagaimana tidak, kini kita yang telah terbiasa hidup rukun dalam berbagai keragaman budaya, suku dan bahasa kini sedikit mengalami kegelisahan. Ke-Bhinekaan kita kini sedikit ternodai.

Konflik biasanya terjadi karena adanya informasi yang menyesatkan dikalangan masyarakat yang menuju kepada perpecahan di dalam masyarakat itu sendiri. Maka dari itu masyarakat jangan mudah terpancing oleh informasi yang menyesatkan seperti itu. Ada baiknya masyarakat menoreksi kembali informasi yang didapatkannya ketika informasi tersebut menuju kepada konflik horizontal antar masyarakat.

Permasalahan seperti di atas sudah sangat sering kita mendengarnya. Konflik antar masyarakat sering kali terjadi. Terkesan ada yang salah dalam menangani permasalah ini. Ada yang bilang, seharusnya aparat malakukan tindakan pengamanan yang lebih terhadap daerah-daerah yang cenderung terjadinya konflik. Upaya damai yang seharusnya dilakukan oleh aparat pemerintah daerah dan juga kepolisian seharusnya terjadi sangat intensif bagi daerah-daerah yang cenderung terjadinya konflik.

Belum lama kita juga mendengar isu yang hampir menyebabkan terjadinya perpecahan dalam masyarakat yang telah rukun dalam perbedaan di Jakarta ini. Dalam suasana pilgub ada saja oknum masyarakat yang menyulut terjadinya perpecahan dengan cara menyebarkan informasi SARA. Menyabarkan inoformasi jangan sampai pemimpin Jakarta ini dipimpin oleh suku lain. Atau bahkan yang lebih menyedihkan lagi dalam kasus ini, oknum tersebut malah memfitnah salah satu calon Gubernur Jakarta dengan mengatakan agamanya bukan agama islam. Jelas ini sangat menyedihkan dalam kehidupan berbangsa kita. Bangsa kita ingin dirusak oleh orang-orang tidak jelas yang tidak mengerti perbedaan. Apabila melihat dari efek konflik yang terjadi di Lampung tersebut, apa itu yang diinginkan oleh oknum tersebut agar terjadi di Jakarta. Sungguh sangat menyedihkan.

Selain konflik antar etnis, negeri kita juga dirundung oleh tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok “jubah putih” yang mengakui dirinya paling benar dalam masalah beragama. Sering kita mendengar kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ini kepada kelompok lain yang minoritas yang berbeda prinsip dalam mengimani keagamaannya. Atau sering kita mendengar kelompok ini melakukan tindakan-tindakan yang melebihi kewenangan kepolisian dalam menangani suatu kasus. Sungguh sangat menyedihkan apabila mendengar hal seperti ini.

Menyimak karya Hannah Arendt yang dikutip dari buku Agus Sudibyo yang berjudul “Politik Otentik (Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt), Arendt menyatakan politik yang otentik itu harus bertolak dari prinsip kebebasan, keseteraan, dan koeksistensi semua orang di dalam ruang kehidupan yang pluralistik. Politik yang otentik terwujud ketika individu yang berbeda-beda sekaligus setara bertindak dan berbicara untuk memutuskan perkara-perkara bersama secara argumentatif-diskursif. Artinya ialah, bagaimanapun kehidupan kita ini diisi oleh berbagai macam perbedaan, namun perbedaan itu membawa kepada kita pada posisi yang setara dan kita berhak melakukan dan menyampaikan apa yang kita pikirkan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di dalam tubuh masyarakat. Kita yang berbeda melakukan tersebut secara diskursif. Kita yang berbeda-beda harus keluar dari domain privat kita untuk ikut masuk kedalam masyarakat yang plural dan berempati pada masalah sekitar. Inilah salah satu contoh kehidupan yang harus diterapkan dalam Negara kita ini.

Mari sama-sama kita kembalikan bangsa ini kepada apa yang dicita-citakan oleh para leluhur kita. Kita yang satu karena perbedaan, karena perbedaanlah yang mempersatukan kita. Lawan para oknum yang memanfaatkan perbedaan kita dan menginginkan bangsa ini dalam perpecahan. Jaga negeri ini, karena ini adalah tanggung jawab kita sebagai penerus bangsa.

#AkuAdaKarenaAkuIndonesia

#SaveRI

#Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae