Kamis, 04 April 2013

Menuju 2014 Melalui Kekuatan Sosial Media

Dalam era globalisasi kini social media atau jejaring social di kalangan masyarakat begitu menonjol. Hampir semua kalangan masyarakat menjadi “pemakai” yang bahkan menyebabkan “candu” kepada mereka kebanyakan. Hampir setiap saat, setiap momen, masyarakat menyampaikan aktifitasnya kedalam ruang “baru” tersebut. Sosial media kini telah menjadi “candu” baru di masyarakat kita.
Dalam sebuah data, pengguna internet di negeri kita pada tahun ini mencapai 61 juta orang, sedangkan yang setiap hari mengakses internet khusus social media macem facebook mencapai 51,3 dan twitter yang aktif mencapai 19,5 juta. Ini artinya ada sebuah komunitas baru dalam masyarakat kita yang sangat berpotensi untuk melakukan sebuah “perubahan”. Perkembangan teknologi dan sedikit dibarengi dengan pola konsumsi yang cukup drastic di kalangan masyarakat kita. Selain hal tersebut, perubahan pola pendidikan di sekolah-sekolah yang mengenalkan internet juga ikut mempengaruhi daya konsumsi yang begitu besar di kalangan masyarakat.
Dengan mengingat pada tulisan saya sebelumnya, mengutip dari bahan kuliah yang diberikan oleh Gun-gun Heryanto pada kuliah Sosiologi Komunikasi Massa, Jurgen Habermas menjelaskan tentang public sphere. Ia melihat ini sebagai perkembangan wilayah social yang bebas dari sensor dan dominasi. Maksudnya, yakni semua wilayah yang memungkinkan kehidupan social kita untuk membentuk opini public yang relative bebas. Inilah sebuah komunitas baru yang diciptakan oleh perkembangan teknologi dalam internet. Masyarakat Indonesia kini memiliki ruang baru, ruang yang bebas dari dominasi dan sensor. Ruang yang bisa kita isi dengan “semau” kita. Realitas ini memang sangat menyedihkan, karena sedikit menghilangkan budaya asli ber “social” kita yakni dengan melakukan perjumpaan dengan bertatap muka secara langsung. Melalu perubahan ini, kita tak perlu lagi bertatap muka secara langsung, cukup mengakses internet maka kita akan berjumpa dengan orang yang kita tuju walaupun jarak membentang sangat jauh.
Jika kita terus mempermasalahkan dampak buruk yang diciptakan dari social media ini maka kita tak akan sanggup lagi untuk mencari keuntungan dari apa yang diciptakan oleh sosia media tersebut. Meskipun kenyataannya sangat pahit karena kita telah kehilangan budaya asli kita dalam berhubungan social tatap muka secara langsung yang telah mengakar ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu yang diciptakan oleh nenek moyang kita namun saat ini kita harus membuka mata secara lebar bahwa ada dampak positif yang akan diberikan oleh new media ini. Di dunia barat misalnya, dari kemunculan social media ini, banyak yang menggunakan ini sebagai memecahkan masalah social, seperti organisasi-organisasi nirlaba pada tingkat tetangga, kota, dan regional, dan lembaga swadaya masyarakat pada tingkat global, menunjukan bahwa social media mampu memperkuat fondasi masyarakat.
Di Indonesia pun kita masih teringat gerakan-gerakan yang diciptakan dari social media yang mampu menembus sebuah tembok kuasa yang cukup kuat. Dimulai dari gerakan “koin untuk prita”, selanjutnya ada lagi “cicak vs buaya”, ini menunjukkan betapa besarnya potensi yang ada yang dapat memberikan dampak postif dengan hadirnya internet di Indonesia. Dari realitas yang tak tampak namun mampu menciptakan sebuah kekuatan besar dalam realitas nyata.
Pertanyaan selanjutnya adalah “apakah new media ini mampu memasuki ranah politik?”. Tentunya kita masih mengingat kemenangan fenomenal Jokowi dan Ahok pada Pilgub Jakarta beberapa waktu yang lalu. Pasangan Jokowi dan Ahok mampu menarik suara dari banyak kalangan “ngambang” yakni kalangan muda dan menengah ke atas. Setelah sosok Jokowi yang sangat “membumi” sehingga mampu menarik perhatian kalangan menengah ke bawah, Jokowi berhasil menarik perhatian “kalangan ngambang” tersebut dengan gerakan yang sangat massif di dunia maya. Begitu banyak akun-akun social media yang diciptakan tim sukses untuk menarik perhatian kalangan muda dan menengah ke atas yang begitu dekat dengan akses internet. Dapat dikatakan salah satu faktor yang memperkuat kemenangan Jokowi dan Ahok adalah dari sisi internet.
Pertanyaan sangat besar yang menancap di hati adalah apakah dari sekian banyak “user” internet dapat memberikan dampak yang sangat berarti dalam menciptakan iklim yang positif dalam bidang tatanan masyarakat social dan politik?. Dengan mengambil dari pengalaman yang ada selama ini, internet atau yang sering disebut sebagai new media ini, khusus di negeri kita belum sampai pada tahap bahwa internet sebagai bahan dan pemecah masalah yang ada di lingkungan sekitar kita. Penggunaan internet belum menjadi ruang yang bebas dari dominasi dan sensor dengan anggapan bahwa dengan adanya internet ini dapat menjadi ruang diskusi antar penggunanya dalam melakukan perubahan. Namun yang mesti sedikit disyukuri adalah dalam ranah pengubahan sikap dan perilaku seseorang dalam menanggapi sebuah isu sosial dan politik, para pengguna internet sudah mulai sedikit ada dampak positifnya. Artinya ajakan-ajakan dari para aktivis dunia maya dapat diterima dengan baik walaupun para pengguna internet itu tidak mengerti perihal yang sedang terkait atau yang mereka dukung. Disini pengguna internet masih hanya mengikuti “trend” yang berkembang di dunia maya.
Hal inilah yang mesti dilihat oleh sebuah partai politik maupun para pelaku politik dalam mempersiapkan pemilu 2014 nanti. Mereka harus pintar-pintar membuat trend agar dapat menjadi brand yang dapat dinikmati dengan begitu saja oleh para pengguna internet. Dengan mengacu kepada kemenangan Jokowi di pilgub DKI kemarin, dunia maya telah menjadi media yang sangat potensial untuk meraih dukungan para kaum muda dan menengah ke atas. Inilah kelas mengambang yang harus didekati oleh para kandidat untuk meraih dukungan plus. Kelas merekalah yang sudah sedikit apatis terhadap politik dan sangat berpotensi menambah banyaknya suara yang golput. Meskipun mereka (pengguna internet) hanya ikut-ikutan, namun disini masih ada nilai positifnya, yakni menyelamatkan demokrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae