Akhirnya pada tanggal 22 Juni pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) subsidi. Setelah menjadi polemik beberapa bulan terakhir dan mengakibatkan kenaikan harga bahan pokok akhirnya pemerintah kini memastikan kenaikan harga tersebut. Pemerintah mengaku tak sanggup lagi menganggarkan biaya lagi untuk menahan kenaikan harga BBM ini. Sebenarnya, pada bulan Maret tahun lalu hal ini pun akan terjadi, namun kala itu pemerintah membatalkan kenaikan harga tersebut.
Atas kenaikan harga BBM tersebut muncul aksi-aksi penolakan yang disampaikan oleh masyarakat, mahasiswa, dan buruh. Mereka beramai-ramai menuntut pemerintah membatalkan kenaikan harga tersebut. Mereka merasa rakyat akan semakin miskin dari permasalahan tersebut. Harga bahan pokok, tarif angkutan umum, harga daging dan sayur mayur dan lain-lain akan ikut naik akibat kenaikan harga BBM tersebut. Rakyat akan miskin dan dimiskinkan dalam hal ini.
Dampak kenaikan harga BBM tersebut bukan hanya dirasakan oleh masyarakat kota, namun juga dirasakan oleh masyarakat miskin yang ada di daerah yang pembangunannya masih sangat minim. Di daerah mereka yang terabaikan dalam pembangunan pendidikan dan lapangan kerja sehingga penghasilan mereka pun seadanya akan merasakan hal ini juga. Sungguh sesuatu yang tak adil.
Namun yang menjadi sedikit titik perhatian dalam tulisan ini adalah mengapa harga BBM bisa naik dan pemerintah tak sanggup lagi memberi subsidi dilihat dari perspektif Jean Baudrillard. Kini dalam pendapat Baudrillard masyarakat kita telah memasuki masyarakat konsumen. Dimana nilai guna dan nilai tukar telah berganti menjadi nilai symbol dan nilai tanda. Pola konsumsi masyarakat kali ini ialah dengan melihat objek apa yang ada dalam barang tersebut bukan lagi dari faktor kebutuhan. Nilai prestise, nilai mewah, nilai kekinian, gaya hidup dan macam-macam nilai lain yang menjadi alasan masyarakat kini dalam melakukan hal konsumsi. Ketika mereka menggunakan atau memiliki barang tersebut mereka merasa lebih unggul dengan orang lain yang tidak memilikinya atau menggunakannya.
Masayarakat konsumen menurut Baudrillard adalah masyarakat yang berkembang belakangan ini adalah yang melihat logika konsumsinya bukan lagi dilihat dari motif pelayanan dan kebutuhan. Individu-individu dalam masyarakat konsumen menerima identitas mereka dalam hubungan social bukan lagi dilihat dari siapa dan apa yang dilakukannya, melainkan dari tanda dan makna yang mereka miliki dan tampilkan dalam interaksi social.
Lebih awal Guy Debord menilai masyarakat kita saat ini adalah mayarakat tontonan. Masyarakat ini adalah masyarakat yang kehidupannya diterpa oleh berbagai tontonan, dan menjadikannya rujukan nilai dan rujukan hidup. Tontonan memanipulasi dan mengeksploitasi nilai-guna dan nilai kebutuhan manusia sebagai sarana memperbesar keuntungan dan control ideologis atas manusia. Televise, iklan dan fesyen adalah aparat masyarakat tontonan yang paling representative.
Lalu apa hubungan ini dengan kenapa harga bahan bakar minyak bisa naik? Kita saat ini seharusnya merefleksikan diri kita pada keadaan sekitar. Kendaraan pribadi baik mobil dan motor kini hampir disetiap masyarakat perkotaan memilikinya. Lebih jauh lagi, hampir yang memiliki kendaraan motor adalah masyarakat menengah yang ekonominya hanya pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari. Dari anak sekolah sampai orang tua memiliki kendaraan bermotor. Yang lebih parah adalah mereka tidak hanya memiliki satu kendaraan saja terkadang bisa dua bahkan ada yang sampai setiap anggota keluarga memilikinya. Titik awal ini membawa kita pada kedua pemikir di atas.
Berawal dari pemikiran Guy Debord, dewasa ini masyarakat kita sangat tidak jauh dari televise dan bahkan hampir sebagian hidup kesehariannya dihabiskan di depan layar kaca. Mereka di terpa habis-habisan oleh televise. Menurut Guy Debord, penampakan yang berupa tontonan adalah ciri dominan masyarakat ini. Dalam masyarakat yang mengedepankan penampakan ketimbang kedalaman maka segala sesuatu ditampilkan sebagai citra-citra yang nampak lebih real dibanding realitas sebenarnya. Inilah yang membawa masyarakat pada tingkatan selanjutnya yakni masyarakat konsumen milik Jean Baudrillard.
Masyarakat kita kini diterpa secara terus menurus oleh symbol dan tanda melalui apa yang nampak dalam televise. Iklan adalah peran utama yang membawa ini. Melalui iklan yang nampak dalam televise mereka menyebarkan begitu banyak tanda dan symbol sehingga masyarakat tak sanggup lagi membedakan yang real dan yang palsu. Masyarakat akhirnya menjadi bisu dan terbius dalam citra yang ditawarkan oleh iklan tersebut. Motor dalam setiap iklannya kini tidak lagi diberikan kepada masyarakat sebatas nilai gunanya saja. Melainkan ada nilai lebih dalam iklan tersebut. Prestise, jiwa muda dan gaya hidup menjadi sebuah tanda yang ditawarkan ke dalam masyarakat. Akhirnya ini membawa masyarakat kita pada masyarakat konsumen. Dimana tanda adalah menjadi logika utama dalam kegiatan konsumsi.
Kepemilikan masyarakat kepada kendaraan motor maupun mobil meningkatkan naiknay kuota BBM dari 46,02 juta kiloliter (kl) menjadi 48 juta (kl). Jika tidak dikontrol ini akan diprediksi akan naik menjadi 53 juta (kl). Inilah yang menyebabkan pemerintah untuk memutuskan untuk menaiki harga bahan bakar minyak akibat terlalu banyaknya konsumsi kita terhadap BBM.
Kita kini tak bisa lagi menolak kenyataan, kini harga BBM telah disetujui naik. Dan akan berdampak sangat buruk juga pada harga bahan pokok lainnya. Mereka akan ikut merangsek naik. Kini peran kita sebagai mahasiswa dan para elit dan praktisi bukan melakukan penolakan membabi buta untuk melakukan penolakan. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana masyarakat kita menjadi masyarakat yang berkualitas dengan budaya baca yang bagus. Tidak lagi menjadi massa yang bisu yang menerima apa saja yang ditawarkan oleh dunia kapitalis lanjutan ini.
Salam satu negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar