Selalu ada yang berbeda dalam kehidupan. Ini memang sudah menjadi takdir Tuhan. Namun, ingat Tuhan tak menakdirkan diri kita menyikapi perbedaan itu dengan kekerasan dan konflik berkepanjangan. Perbedaan ini adalah cara Tuhan bagaimana melihat kita tampak rukun dalam perbedaan tersebut.
Selalu ada yang tampak menyebalkan dalam kehidupan. Ada saja yang membuat kita tak puas dalam kenyataan ini. Kita melihat orang lain selalu salah karena apa yang mereka lakukan dan pikirkan di luar harapan kita. Kita selalu menganggap diri kita paling benar. Orang lain selalu dalam posisi yang salah. Padahal dalam hal ini, Tuhan menunjukkan kepada diri kita bahwa kita sangat kecil. Tidak semua yang kita harapkan akan sesuai dengan yang kita inginkan.
Selalu ada yang tampak menyakitkan dalam kehidupan kita. Ketika kita begitu mencintai sesuatu atau bahkan mencintai lawan jenis kita, selalu saja ada yang di luar keinginan kita. Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Cinta yang begitu kuat, namun begitu rapuh. Cinta yang didominasi oleh keegoisan. Cinta yang angkuh. Itu akan sangat menyakitkan ketika tertolak. Tuhan tak mengijinkan perasaan yang tertingginya tersebut untuk sebuah keegoisan, keangkuhan, dan keinginan untuk memiliki. Tuhan menciptakan sebuah cinta untuk sebuah keharmonian dalam kehidupan.
Cinta yang tertolak juga menunjukkan bahwa hanya Tuhan yang boleh memiliki ciptaannya. Tidak ada mahluk lain yang boleh memilikinya apa lagi dihiasi oleh keegoisan dan keangkuhan. Tuhan mengajarkan cinta untuk sebuah keharmonian. Ketika kita begitu sakit dalam hal cinta. Maka kembalikan cinta itu kepada Sang Pemilik-Nya. Serahkan kepada Dia. Kita harus sadar bahwa cinta tercipta bukan untuk tersakiti. Setelahnya baru kita pinta lagi cinta itu pada Tuhan.
Selalu ada yang menyedihkan dalam kehidupan ini. Kita sedih karena merasa nikmat yang diberikan Tuhan begitu sedikit. Sedangkan keinginan dan kebutuhan kita begitu banyak. Kita dipenuhi nafsu duniawi kita. Kita buta akan nikmat yang sebenarnya telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Namun nafsu sudah memenuhi pikiran kita, tak ada lagi rasa syukur. Padahal Tuhan memberikan kita rasa sedih bukan untuk sebuah kekecewaan atas nikmat dunia yang kurang. Tuhan menciptakan rasa sedih untuk kita ketika kita dalam keadaaan sangat sedikit bersyukur. Kita sedih karena tidak terlalu patuh terhadap perintah-Nya. Kita seharusnya bersedih ketika kita tak ada lagi waktu untuk berbagi kepada-Nya. Bukan untuk kecewa kita pada nafsu dunia yang tak terpenuhi.
Kita kadang sangat bahagia dalam kehidupan ini. Begitu banyak nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita sehingga membuat kita terus berusaha menambah kenikmatan-kenikmatan yang lain, yang seharusnya tidak kita kejar. Begitu banyak nikmat yang kita peroleh, sehingga kita salah menjalankannya. Kita berfoya-foya, bersenang-senang seakan hidup selamanya. Tak ada bagi, tak ada kasih dan tak ada rasa kepada orang yang membutuhkan. Padahal Tuhan menciptakan kenikmatan yang begitu banyak kepada kita agar kita dapat berbagi, berkasih dan berasa kepada yang membutuhkan. Perasaan bahagia diciptakan Tuhan untuk merasakan sebuah penderitaan. Karena dengan penderitaan itu menandakan Tuhan masih sayang kepada kita.
Kita kadang sangat merasa sepi walau diantara keramaian. Sepi walau begitu banyak yang memperhatikan. Sepi walau begitu banyak telinga yang mendengar keluhan kita. Sepi walau begitu banyak suara yang sampai ke pendengaran kita. Sepi, bahkan di saat tersepi sekalipun. Padahal Tuhan menciptakan sebuah kesepian untuk mendekatkan kita kepada-Nya. Rasa sepi seharusnya muncul ketika kita memanjatkan doa dan syukur agar kita lebih khusyuk dalam melakukannya.
Sepi, sedih, bahagia, sakit, sebal, dan beda kadang campur aduk menjadi satu. Kita seakan tak sanggup merasakan hal tersebut. Kadang pilihan kita saat merasakan hal tersebut adalah sebuah keputus asaan dan menjauh dari Tuhan. Tujuannya adalah agar Tuhan tahu bahwa kita sedang bingung. Lalu kita kehilangan akal, padahal Tuhan selalu memiliki ke maha mengetahu-Nya. Tanpa kita kecewa dan menjauh darinya, Tuhan sudah tahu bahwa kita sedang bingung.
Lalu apa yang mesti kita lakukan, ketika rasa bingung sedang memuncak. Entahlah karena saya pun jarang mencari tahunya. Menurut saya bingung adalah sebuah rasa Tuhan yang paling tinggi dan paling rendah yang dimiliki manusia. Karena ketika kita bingung kita selalu salah melangkah. Mendustakan ke Tuhanan Tuhan salah satunya. Ekspresi kita kadang malah melawan perintah-Nya dan menjalankan larangan-Nya ketika rasa bingung melanda. Bahkan di saat menulis inipun saya sedang bingung. Dan cara saya untuk melawannya adalah menulis. Karena saya merasa di saat menulis saya merasakan kehadiran Tuhan saya. Tuhan, maafkan hamba-Mu ini, karena saya selalu kufur nikmat kepada-Mu. Dan semoga Engkau selalu hadir ketika jemari saya sedang menari dan juga selalu hadir di saat saya sedang bingung.
Salam kepada-Mu wahai Tuhan semesra alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar