Kamis, 05 Februari 2015

Masih Tentang Gadis Petualang

Seperti tak ada jarak ketika kita mengenal dia. Seorang perempuan yang begitu cerdas dalam bergaul selalu mudah untuk berbagi. Dari seorang sahabatnya mengatakan, “dia adalah gadis yang cerdas namun selalu bersedia menerima masukan-masukan dari orang lain. Dirinya diibaratkan gelas yang kosong yang selalu bersedia bertukar pikiran dengan orang lain dan mengisi gelasnya tersebut dengan pendapat-pendapat yang diberikan kepadanya.” Dari itu semua, maka tak heran jika akhirnya kita sama-sama tahu bahwa ia memiliki begitu banyak teman.

Dirinya juga tampak berbeda dari perempuan lainnya, seorang yang selalu tersenyum untuk semua orang yang ia temui membuat mereka-mereka yang mengenalnya tak mau kehilangan kehadirannya. Canda dan tawanya selalu ditunggu. Kehadirannya selalu dinanti. Seperti sebuah waktu subuh, dirinya adalah kesejukan.

Aku sendiri mengenalnya tak cukup lama, kurang lebih satu tahun. Awalnya yang ku tahu namanya ialah Sisy. Seorang perempuan asal Surabaya yang duduk di bangku kuliah jurusan Psikologi di sebuah Universitas di daerahnya. Lama-kelamaan baru ku tahu siapa nama aslinya.

Keseruan dari perkenalan dengannya makin lama makin berlanjut. Pernah ia menceritakan memiliki seorang teman yang pandai menulis. “Tulisan-tulisannya”, katanya “penuh dengan humoris.” Salah satunya adalah “Boker sepanjang masa.” Ketika dibaca tentunya sangatlah menarik dan mampu membuat kita terbahak-bahak.

Sisy juga memiliki jiwa petualangan yang cukup besar. Sudah banyak tempat ia datangi untuk merasakan betapa indahnya Tuhan menciptakan alam raya ini. Sungguh patut untuk disyukuri kita masih bisa menikmati masa-masa seperti ini. Alam sadar kita kelak akan bertanya, akankah generasi setelah kita nanti masih bisa menikmati apa yang kita rasakan saat ini? Inilah yang membuat petualangan kita terhadap alam semakin tertantang, bukan sekedar untuk menikmatinya tapi juga untuk menjaganya sebagai warisan anak cucu kita di masa mendatang. Itulah yang dirasakan Sisy.

Pengalamannya yang pernah bekerja sebagai pemandu wisata membuatnya kerap kali berinteraksi langsung dengan alam dan tentunya juga dengan berbagai karakter manusia. Hal tersebut semakin menumbuhkan kedewasaannya dalam bersikap. Banyak hal yang ia bisa pelajari dari masa-masa seperti ini. Tentang alam dan juga tentang karakter manusianya. Yang paling utama ialah ketika manusia berinteraksi dengan alam itu sendiri, akankah manusia rela menjaganya atau hanya menikmatinya belaka? Tentu, Sisy bisa menilainya.

Sisy juga menceritakan tentang petualangannya yang paling berkesan dengan sahabatnya Risna ketika mengunjungi pantai Bajul Mati. Perjalanannya semakin berkesan ketika ia salah memilih jalur. “Ku berdua salah ambil jalur Ji ternyata. Saat berangkat ku melewati kawasan hutan yang jarang penghuninya.” Ku baca ceritanya dengan menikmati secangkir kopi. “Jalanannya berbatuan, dan jarang ku temui pengendara yang lewat sana. Namun ada sedikit hadiahnya, yakni pemandangan yang indah” lanjutnya.

Jalan ia tempuh saat itu membuat heran seorang petugas yang menjaga pintu masuk pantai tersebut. “Lalu ku diberitahu oleh Bapak tersebut, agar jangan lewat jalur sana saat pulang nanti karena rawan. Kami berdua diberi tahu jalan yang lebih aman dan ramai pengendara.” Tambah ceritanya.

Dari Surabaya ke Malang hanya dengan berdua saja, tentunya akan terasa kaget mendengarnya. Apalagi berangkatnya mereka salah memilih jalan. “Risna sampai mendengar suara-suara aneh selama perjalanan menuju pantai tersebut,” ujarnya. Namun hal tersebut tak membuatnya urung membatalkan kunjungannya. Mereka berdua terus berpacu agar sampai tepat waktu meski akhirnya hanya satu jam mereka di sana.
*
Selain itu, anak kedua dari dua orang bersaudara ini juga tertarik mengadopsi binatang. Hidup akrab dengan binatang menjadi salah satu ciri utamanya. Sentuhan pertamanya dengan binatang ialah sejak kecil. “Kala itu, aku sedang tertidur pulas” ceritanya kepada ku, “dan tanpa sadar ada ular liar yang tak tahu darimana asalnya. Anehnya saat itu aku tak merasa takut.”

Sisy atau yang akhirnya mengaku namanya adalah Siti Alfia Hidayati sudah lama mengadopsi Musang. Dua musang tersebut ia beri nama Axsah dan juga Boni. Keduanya ia rawat penuh dengan perhatian, selayaknya anak sendiri. Kesehatan dan juga kebutuhannya tak pernah ia abaikan. Dari pengalamannya tersebut, ia merasa betul-betul konsen pada masalah perlindungan hewan, baik yang dilindungi maupun tidak.

Dengan alunan yang syahdu dari Kitaro membuat perpaduan yang seru mendengarkan cerita anak Hawa yang sedang giat membangun dirinya untuk berbagi dengan alam. Ini tampak istimewa, sebab yang terpenting dari kehidupan ini ialah bukan berapa lama kita hidup, melainkan berapa banyak yang telah kita perbuat.

Sejak ia memutuskan untuk mengadopsi Axsah dan Boni, ia makin tahu tentang jual beli binatang. Menurutnya, ia kerap kali menemui para pemelihara hewan musiman. Maksudnya ialah mengadopsi hewan hanya pada waktu tertentu saja, setelah bosan lalu dijual kepada orang lain. Inilah yang membuat hewan menjadi tidak terpelihara dengan semestinya, cenderung untuk asal-asalan dalam menjaganya.

Dara kelahiran 7 Februari kini sedang menyusuri dunia barunya untuk mengenal lebih luas tentang bagaimana menjaga keseimbangan alam. Seperti pepatah bilang, alam mampu memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia, namun tak akan cukup untuk memenuhi kerakusan satu manusia. Alam kini sedang mengalami masa kerakusan umat manusia. Sumber daya alam semakin tergerus tanpa memikirkan keseimbangannya. Akhirnya membawa pada perubahan iklim yang sangat drastis dan membawa kesengsaran tersendiri bagi umat manusia.
*
Malam semakin larut dan semakin asik mengenal Alfi (sapaan akrabnya). Dirinya yang berkerudung membuat ku bertanya-tanya apakah hal tersebut tak menghalanginya dalam berinteraksi dengan alam yang tentunya akan juga berinteraksi dengan banyak kaum Adam.

“Dengan berjilbab apa kamu tidak merasa terhalangi berinteraksi dengan alam yang lebih dominan disukai oleh kaum laki-laki?”

Lalu dia menjawab dengan santai namun penuh makna, “ini tidak menghalangiku sama sekali Ji. Malah ini membuat diriku terlindungi.”

Lebih jauh dia menjelaskan, dengan hijab ia merasa terhormati. Jika bertemu dengan lawan jenis maka ia akan terhindar dari godaan kaum Adam tersebut. Umumnya, menurut dirinya “perempuan yang berhijab akan terhindar dari godaan lelaki. Jika tak mengenakan jilbab biasanya perempuan akan digodain, dengan kata-kata “hai” dan semacamnya, dan jikalau tidak menjawab nanti akan dikatakan sombong dan lain sebagainya. Berbeda jika sudah mengenakan jilbab, kaum lelaki yang berpapasan akan cenderung memberikan salam. Ketika kita menjawab salamnya pasti mereka sudah senang dan tak timbul perasangka-perasangka buruk lainnya. Itu yang ku rasakan Ji.” Lanjutnya, “dan aku ngerasa dengan memakai jilbab lebih banyak laki-laki yang menghargai wanita, baik dalam perilaku maupun ucapan mereka pasti lebih mereka jaga.”

Membaca jawabannya tersebut sungguh sederhana namun bermakna. Alfi menjawabnya dari sisi kemanusiaan. Seperti pandangan dari tokoh feminis postmodern Camille Paglia, kaum perempuan diingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin memperjuangkan kesetaraan yang sama dengan kaum pria. Perempuan masa kini terus dicekoki dengan mimpi bahwa perempuan bebas melakukan apa saja, pergi kemana saja, mengatakan apa saja, dan mengenakan apa saja. Namun Paglia menentangnya dengan jelas, bahwa perempuan selalu ada dalam bayang-bayang bahaya seksual.

Feminism yang perlu diagendakan pada masa kini ialah feminism yang menekankan pada kemandirian dan tanggung jawab perempuan. Belajar bertanggung jawab atas diri sendiri serta menerima resiko merupakan bentuk bela diri terbaik bagi perempuan dan hakikat utama feminism. Perempuan tidak boleh bermimpi dapat menggunakan Negara sebagai instrument pemaksaan etika dan moral atas laki-laki, atau bermimpi mengubah dunia menjadi surga yang bagi perempuan.
Gadis penyuka Durian ini sungguh wujud perempuan masa kini yang tak melawan kodratnya sebagai perempuan dan juga sebagai seorang yang beragama. Hijab baginya seperti wujud tanggung jawab dan kemandirian seorang perempuan dalam kehidupan sosial yang selalu berinteraksi dengan lawan jenis.
*
Dari cerita banyak tentangnya, aku mengetahui bahwa dirinya belum memiliki seorang kekasih. Entah apa alasannya, tak ada yang tahu. Dirinya memang sempat dekat dengan beberapa lelaki namun tak dijadikannya kekasih. Menurut pengakuannya juga beberapa kali ia menolak cinta lawan jenisnya tersebut. Ku kira itu masalah pribadi yang tak perlu ditanyakan lebih jauh. Namun kini, ia sedang dekat dengan seorang lelaki. Ketika ditanyakan akan hal tersebut, menurutnya biar waktu yang menjawabnya.

Sosok Alfi adalah perpaduan yang pas antara manusia kepada sesamanya, kepada alamnya dan juga manusia sebagai makhluk Tuhan. Tak ada yang saling tumpang tindih, semua itu dijalaninya dengan porsi yang sesuai.

Terakhir, nama Hidayati dalam dirinya tentu saja mengingatkan saya pada sosok Karen Hidayati dalam tokoh di novel “Sarongge” karangan Tosca Santoso. Kedua Hidayati ini benar-benar hidup dengan alam. Keduanya memiliki karakter yang sama dan juga keteguhan yang sama terhadap semangatnya menjaga alam ini agar tak rusak termakan manusia rakus.

Semoga kita bertemu lagi nanti, dengan gadis petualang dan Hidayati yang tangguh. Selamat Ulang Tahun Alfii.

2 komentar:

  1. karya yang luar biasa dngn muda kamu bisa langsung menuliskan ap yg ada di pikiran kamu menjadi tulisan yg bisa di baca banyak orang..
    terus berkarya ojiwae :D

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae