Sabtu, 15 Agustus 2015

Persija menjelang Piala Presiden

Ini hanya curhat, mari seduh kopi dan jangan emosi.

Menjelang bergulirnya Piala Presiden, tentu rasa ingin tahu kabar terkini dari Persija Jakarta mengenai kesiapannya untuk mengikuti turnamen tersebut. Kita semua sama-sama mahfum, Liga Nasional sudah lama terhenti akibat pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Begitupun dengan aktifitas tim kebanggaan Jakarta tersebut, sudah lama tim dan manajemen tak bertemu. Melalui rilisan resmi dari akun twitter klub, baru kemarin keduanya berkomunikasi kembali dalam mempersiapkan keseriusan mereka untuk mengikuti turnamen. Namun, siapa saja yang akan membela Macan Kemayoran masih tanda tanya. Sayangnya, dalam akun twitter @Persija_Jkt (sampai terakhir malam 15 Agustus 2015) belum ada lagi keterangan lebih lanjut mengenai hasil pertemuan tersebut.

Harapan yang terbaik terhadap tim kebanggaan Jakmania ini selalu ada. Semua fihak yang mencintai tim asuhan Rahmad Darmawan tentunya ingin anak-anak Persija tampil dengan kekuatan penuh dan kembali ke garis kejayaan. Siapa yang tidak mengetahui Persija Jakarta? Salah satu tim besar di tanah air yang belakangan seakan seperti tertidur pulas tanpa hasil yang menggairahkan. Musim lalu mereka gagal finis diurutan empat besar Wilayah Barat ISL dan gagal masuk ke babak delapan besar. Musim ini meski tampil kurang greget di ajang pemanasan, namun di laga perdana liga mereka berhasil memaksa skor imbang melawan tim kuat Arema Cronus, meski harus bermain di kandang lawan.

Kita kembali ke persiapan tim untuk mengikuti turnamen yang digawangi oleh Mahaka. Isu-isu yang berkembang dibeberapa portal berita online menyatakan banyak pemain yang mengajukan syarat apabila manajemen ingin memakai jasa mereka kembali. Yakni, dilunasinya gaji mereka selama empat bulan yang belum dibayarkan oleh pihak manajemen Persija. Hal inilah yang tentunya menjadi tanda tanya bagi fans-fans Macan Kemayoran di seluruh tanah air. Memang sudah ada pertemuan antara manajemen dan jajaran tim, namun belum ada rilisan resmi dari pihak-pihak terkait siapa saja yang akan ikut bermain membela Persija.

Semua pecinta sepak bola tanah air memang sudah sangat mengetahui pihak manajemen kerap kali gagal membayar kontrak para pemainnya. Setiap musimnya, selama kepemimpinan Ferry Paulus belakangan ini, manajemen selalu saja menghadapi masalah dengan kewajiban mereka untuk membayar gaji pemain. Hal yang paling insan pecinta Persija ingat adalah ketika Bambang Pamungkas lebih memilih hengkang ke klub lain karena sudah terlanjur kecewa dengan manajemen, meski pada musim ini Legend dan pujaan Jakmania tersebut kembali membela klub yang berlambang Monas di dada.

Liga terus bergulir saja manajemen masih memiliki hutang kepada pemain, apalagi jika liga harus terhenti seperti saat ini? Itulah yang selalu terngiang dalam pikiran pecinta Persija.

Mengejar ketertinggalan


Mengurus sebuah klub sepak bola bukanlah barang mudah. Kerja keras yang harus menjadi modal utama orang-orang yang terlibat aktif dalam jajaran manajemen. Dari mulai mempersiapkan tim, menunjuk pelatih, mencari sponsor sampai mengurus perijinan pertandingan harus dilakukan. Begitu pun dengan apa yang terjadi dengan manajemen Persija Jakarta.
Rasa ingin membahagiakan hati Jakmania yang sudah begitu setia mendukung dan mendampingi Macan Kemayoran bertanding di manapun menjadi salah satu dasar utama pihak manajemen dalam mempersiapkan musim yang baru. Terlebih musim lalu, rival mereka baru saja menjuarai gelaran ISL terakhir. Ini yang membuat manajemen berjibaku untuk mendatangkan pemain-pemain kelas wahid untuk membawa Persija menjadi kampiun diakhir musim nanti.

Kiranya siapa yang tak ingin tim kebanggaannya menjadi juara di ISL yang kini berubah menjadi QNB League? Masalahnya ialah cara apa yang harus diambil untuk menjadi kampiun diakhir musim nanti.

Belakangan yang dilakukan oleh manajemen seperti sebuah senjata yang memakan tuannya sendiri. Bergairah dalam mendatangkan pemain dengan biaya lumayan mahal namun akhirnya harus rela kehilangan gelar ditambah lagi harus memiliki hutang kepada para pemainnya. Ini terus-terusan dilakukan oleh manajemen tanpa ada perbaikan sama sekali. Terlebih Jakmania selalu hadir mendampingi klub kesayangan apalagi jika bermain di kandang sendiri. Hasil penjualan tiket tersebut setidaknya mampu menambal sedikit lubang pengeluaran pihak manajemen. Sama-sama kita tahu, Jakmania selalu menjadi supporter terbanyak yang hadir langsung ke dalam stadion mengalahkan supporter-supporter lain. Selain itu GBK selalu penuh dengan lautan manusia jika Persija berlaga menghadapi tim-tim besar dan juga menghadapi rival abadinya. Namun hal tersebut seakan tidak mampu memenuhi kas pemasukan manajemen.

Tentunya harus ada upaya dan kerja keras oleh siapapun nanti yang menjadi orang nomor satu di Persija Jakarta. Agar mampu mengejar ketertinggalan dengan klub-klub lain yang sudah mulai mapan dalam mengatasi pembiayaan klub.
Rasionalisasi pendapatan dan pengeluaran klub tentunya harus menjadi hitung-hitungan manajemen dalam mempersiapkan tim. Bukan hanya mengejar gelar juara secara instan seperti yang selama ini dilakukan, namun hasilnya selalu saja mengecewakan. Gelar juara lepas tapi malah menyebabkan gaji pemain tertunggak.

Loyalitas Jakmania seakan kurang memenuhi target pendapatan manajemen, kontrak dengan sponsor selalu gagal menutupi pembiayaan tim. Musim ini manajemen menggaet salah satu stasiun tv swasta yang baru mengudara beberapa tahun. Dan juga berhasil menggaet salah satu perusahaan property tersbesar di tanah air. Namun hal itu juga tak memenuhi target pemasukan manajemen. Sulitnya mencari sponsor dengan nilai kontrak yang besar seakan menjadi pekerjaan rumah tersendiri dari pihak manajemen dalam mempromosikan klub kepada pihak-pihak sponsor.

Tentu kita juga tidak bisa berharap akan datang seseorang dengan memiliki harta yang banyak secara sukarela mau memberikan uangnya untuk membantu Persija juara. Dilain pihak manajemen juga akan berat jika meng-kapitalisasi segala aktifitas jual beli yang terjadi di sekitar maupun di dalam stadion saat Persija berlaga. Misalnya menjadi pelaku pasar tunggal dengan bekerja sama dengan beberapa produk minuman dan makanan cepat saji agar menjadi produsen utama di dalam lingkungan stadion selama pertandingan. Untuk meningkatkan daya jual produknya, manajemen bisa saja melakukan semacam jumpa fans diselingi dengan beberapa hiburan lainnya sebelum laga berlangsung dan tentunya dengan beberap promo bagi para fans yang paling loyal terhadap klub. Hal ini bisa membuat fans datang lebih awal sekaligus kesempatan menjual merchandise mereka lebih laku di pasaran.

Selain hal di atas, bisa juga mengenakan pajak terhadap pelaku pasar lainnya di saat Persija berlaga. Siapapun yang ingin masuk dalam area stadion dikenakan biaya administrasi tambahan.

Sebenarnya hal ini bisa saja terjadi, namun selain mendapat penolakan dari pedagang, tentunya sebagian besar kelompok Jakmania pun tentunya akan menolak. Bagi pedagang hal ini akan dianggap sebagai pelanggaran hak mereka untuk berdagang dan mendapatkan rejeki.

Ada hal lain jika manajemen dan Persija ingin mengejar ketertinggalan. Yakni dengan mengadopsi gaya tradisional dalam mengelola klub. Sambil berusaha terus bertahan bermain di level tertinggi kompetisi tanah air, manajemen bisa saja memakai jasa-jasa pemain muda dari binaan mereka sendiri maupun mengambil pemain dari tim lain. Selain itu peningkatan kualitas kompetisi internal bagi klub-klub anggota Persija juga harus diperbaiki. Dengan suasana yang lebih kompetitif akan secara tidak langsung meningkatkan kualitas kemampuan para pemain. Selebihnya untuk melengkapi skuad tim, manajemen bisa memakai pemain-pemain di usia senja yang memiliki kualitas lumayan bagus.

Dengan model seperti ini modal utamanya adalah rasa sabar dan terus bekerja keras. Jakmania sabar menunggu dan terus memberikan dukungannya kepada tim. Memimpikan klub kaya raya dengan kualitas pemain top di semua lini saya rasa sangat sulit terealisasikan. Belakangan yang terjadi ialah penunggakan gaji pemain. Yang malah menimbulkan masalah berkepanjangan.

Selalu ada pilihan, menjadi klub modern atau menjadi klub tradisional dengan mengedepankan pendapatan dan pengeluaran yang seimbang dan yang terpenting ialah tidak terlempar ke zona degradasi. Dan disaat keuangan tim sudah memiliki saldo yang positif baru manajemen dapat memanfaatkan hal tersebut dengan mendatangkan satu atau dua pemain bintang. Terus dan terus seperti ini, sampai seperti Arsenal pada musim-musim belakangan ini yang siap merajai kembali Liga Inggris.

Hal yang lebih penting dari semua isi tulisan ini ialah Persija mampu juara tanpa hambatan satupun.

cuma suka duduk dipinggir lapangan liat tarkam dan juga diri di tribun sektor 5 di saat Persija berlaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
sedang berproses, sederhana dan membumi. follow twitter: @ojiwae